Kabiro Humas MPR: Sosialisasi Juga Bisa Lewat Puisi
“Untuk itu sering bikin acara, kalau perlu ada teater terbuka,” paparnya.
Kehadiran dua anggota MPR dalam acara itu untuk membacakan puisi. Sebelum membaca puisi, Muhammad Syafii mengatakan dirinya biasa membaca doa, ”sekarang disuruh membaca puisi,” ujarnya. “Jadi harap maklum bila puisi saya nanti seperti membaca doa,” tuturnya dengan tersenyum.
Pastinya Muhammad Syafii mengapresiasi acara itu. Dirinya mengakui mempunyai perpustakan pribadi. “Koleksi buku yang ada di antaranya karangan Rayni N. Massardi,” ungkapnya.
Dalam bedah buku dikupas, "Daun Itu Mati" karya Rayni N. Massardi merupakan "graphic short stories" mengisahkan 7 cerita pendek dan 20 puisi, di mana seluruh kisahnya memiliki benang merah perihal perjuangan manusia mengatasi ketakberdayaannya di tengah gempuran kekerasan hidup yang datang bergelombang. Hampir semua cerpen bernada gelap, menuturkan renungan terdalam batin manusia yang terpinggirkan. Buku ini dimaknai gambar-gambar atau ilustrasi karya Christyan A.S.
Sedang "Paijo dan Paijah" mengisahkan tentang keluarga urban yang datang dari Surabaya dan mencari penghidupan yang lebih baik di Jakarta. Pergumulan pantang menyerah dari sebuah keluarga kecil: bapak, ibu, dan anak semata wayang mereka.
"Hai Aku" merupakan karya kedua Noorca M. Massardi. Hadir dalam puisi ini adalah waktu yang bersandar pada Senin hingga Minggu.
Pilihan hari sebagai penanda "Hai Aku" tidak semata merujuk pada momen puisi alit itu diciptakan, melainkan juga menggambarkan pengalaman sang aku, lirik terkait peristiwa keseharian yang dialami sekaligus mengajak pembaca membangun asosiasi, segugusan citraan, cermin penghayatan sang creator pada kejadian terpilih.(adv/jpnn)