Kakek Enur Berangkat Mengemis Diantar Sopir Pribadi
Begitu terus dilakukannya ketika ada pengendara yang memberikan uang. Kondisi wajahnya yang berlubang membuat banyak orang iba.
Namun baru 'beberapa jam 'bekerja'', aktivitas Enur terpaksa terhenti. Sekitar pukul 09.00, petugas Satpol PP Kota Bogor datang dan membawanya ke Kantor Satpol PP untuk diperiksa.
Begitu juga dengan mobil Xenia yang kerap mengantar-nya. Setelah dinterogasi petugas, Herman atau Kakek Enur diserahkan kepada Dinas Sosial (Dinsos) Kota Bogor untuk pendataan.
Kepada wartawan, dia mengaku sudah mengemis sejak tahun 1980-an. Tahun pastinya dia gak hafal. Yang diingat saat itu Presidennya masih Soeharto. Jembatan Merah merupakan lokasi pertama dia mengamen.
Setelah itu terus berpindah-pindah. Sebelum menekuni dunia pengemis, Enur hanyalah petani biasa. Dia bahkan sempat pergi ke tanah suci pada tahun 1974 bersama istrinya.
"Saya dapat warisan sawah sama rumah, tahun 74. Sawah kemudian saya jual saya pakai naik haji. Kalau ngemis saya mulai tahun 80an di Jembatan Merah," ujar Enur kepada Radar Bogor (Jawa Pos Group).
Dari pekerjaannya mengemis , Enur dalam sehari mampu mendapat Rp150 ribu hingga Rp250 ribu. Atau Rp4,5 juta-Rp7,5 juta sebulan. Jumlah ini sama dengan dua kali upah minimum kota/kabupaten (UMK) Kota Bogor (Rp3,5 juta).
Namun nominal ini bisa lebih tinggi lagi. Sebab, saat diamankan oleh Satpol PP kemarin, Enur yang memulai mengemis sejak pukul 06.00 WIB hingga 08.00 WIB sudah mengantongi uang Rp130 ribu. "Kalau lagi ramai bisa Rp300 - Rp 400 ribu,” bebernya.