Kakek Lima Cucu Nyaru Polisi
jpnn.com - SURABAYA – Ada-ada saja perilaku Kusnadi ini. Setelah lima bulan ke mana-mana berseragam polisi, Kusnadi akhirnya masuk ke Mapolrestabes Surabaya. Hanya, kakek 62 tahun itu tidak berkantor di sana, melainkan harus meringkuk di penjara. Sebab, aksi tipu-tipu Kusnadi sebagai polisi tersebut dilakukan untuk mendapat uang.
Kedok Kusnadi sebagai polisi gadungan terbongkar setelah dirinya masuk ke empat sekolah di kawasan Manukan dalam sepekan terakhir. Lucunya, di sejumlah sekolah itu, lelaki yang sehari-hari bekerja sebagai tukang bangunan dan pijat tersebut memberikan arahan kepada pihak sekolah untuk lebih menjaga anak didik.
Imbauan itu disuarakan Kusnadi karena beberapa pekan terakhir beredar kabar tentang penculikan anak. Padahal, isu tersebut menyesatkan dan hanya bohong belaka. Bahkan, menurut kabar terakhir, penyebar isu melalui broadcast itu dapat dibekuk polisi di wilayah Jombang.
Tercatat, pria asal Domas, Kecamatan Menganti, Gresik, tersebut memberikan arahan di SDN Manukan Kulon 6, SD Muhammadiyah Manukan Kulon, serta dua taman kanak-kanak (TK). ’’Tersangka datang ke sekolah-sekolah itu dengan mengenakan atribut polisi lengkap. Dia juga menyebut diri sebagai Aiptu Bambang Purnomo dari Polrestabes Surabaya,’’ kata Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP Sumaryono kemarin (28/9).
Nah, ketika pulang dari sekolah-sekolah tersebut, Kusnadi memperoleh uang saku. Dari SDN Manukan Kulon 6, kakek lima cucu itu menerima uang Rp 100 ribu. Di tiga sekolah lain, Kusnadi mengantongi duit masing-masing Rp 25 ribu. ’’Saya berpura-pura jadi polisi memang untuk mencari uang. Sebab, setelah sakit, saya tidak memiliki pekerjaan,’’ ungkap Kusnadi.
Dia sengaja memanfaatkan isu tidak jelas tersebut ke beberapa sekolah untuk mendapat uang. Kusnadi kemudian berpikir untuk menyaru menjadi polisi. Ternyata ulahnya memperoleh respons positif dari sekolah-sekolah yang didatangi.
Saat Kusnadi berada di SDN Manukan Kulon 6, ada pihak sekolah yang sempat memotret aktivitasnya tersebut. Lalu, mereka melapor ke Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya. Laporan itu pun diteruskan dispendik ke Polrestabes Surabaya. Selanjutnya, dispendik mendapat jawaban bahwa kepolisian tidak pernah melakukan sosialisasi tentang isu penculikan. Polisi langsung mencari tahu siapa ’’polisi’’ yang melakukan sosialisasi di sekolah-sekolah tersebut.
Polisi pun menerima data dari sekolah berupa nopol motor Kusnadi, yaitu W 2220 HE. ’’Sabtu sore (27/9) anggota kami berhasil menemukannya sekaligus menangkapnya di rumahnya di daerah Menganti,’’ jelas Sumaryono.