Kalangan Akademisi Australia Terpecah Isu Intervensi China
Mereka menambahkan meski rasisme memang ada di seputar argumen tentang campur tangan asing, namun Pemerintah China begitu mudah mengeksploitasi tuduhan kebencian rasial.
"Kami juga menyadari bahwa rasisme merupakan tuduhan yang didorong oleh PKC sendiri ketika mereka berupaya membungkam diskusi saat ini," kata surat itu.
"Melalui tuduhan-tuduhan ini dan upayanya menyusup ke komunitas China (di Australia), PKC berusaha menempatkan diri sebagai pelindung warga China perantauan dan mendorong adanya pemisahan antara warga China dan warga Australia lainnya," tambahnya.
Dalam beberapa bulan terakhir, Kedutaan Besar dan Konsulat China di Australia mengeluarkan dua peringatan keselamatan untuk warga negara China, termasuk yang menyebutkan kejadian orang China menjadi sasaran 'penghinaan'.
Dubes China untuk Australia tahun lalu membantah tuduhan bahwa Beijing berusaha memanipulasi atau mengganggu demokrasi Australia. Media yang dikendalikan pemerintah China tahun lalu juga mengklaim politisi dan jurnalis di Australia sengaja memompa 'histeria anti-China'.
Implikasi kebangkitan China
Adanya surat terbuka itu mengungkap perbedaan tajam di kalangan akademisi yang - seperti pemerintah - susah-payah menghadapi implikasi kebangkitan China sebagai kekuatan global.
Kelompok cendekiawan pertama mencakup sejumlah pakar ternama. Namun klaim mereka yang mengatasnamakan seluruh pakar masalah China di Australia, memicu kemarahan kelompok akademisi kedua.
Kelompok kedua ini sendiri tidak satu suara mengenai RUU interferensi asing yang diajukan Pemerintah. Dalam surat terbuka mereka disebutkan jelas bahwa sebagian mereka berpandangan RUU ini harus diubah secara mendasar.