Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Kamp Nauru, Neraka Bocah Imigran di Pasifik Selatan

Kamis, 23 Agustus 2018 – 20:52 WIB
Kamp Nauru, Neraka Bocah Imigran di Pasifik Selatan - JPNN.COM
Imigran penghuni Kamp Nauru hidup dalam kondisi mengenaskan. Foto: France24

jpnn.com - M. Demikian media Australia mengidentifikasi bocah itu. Usianya 12 tahun. Sejak 20 hari lalu, dia mogok makan. Dia memprotes kondisi kamp pengungsi di Pulau Nauru yang menjadi rumahnya selama empat tahun terakhir. Karena kondisinya parah, M dilarikan dari pulau kecil di Pasifik Selatan itu ke daratan Australia dengan ambulans udara kemarin sore, Rabu (21/8).

’’Semua ini sangatlah tidak manusiawi,” keluh paramedis yang membantu evakuasi M dari Nauru ke Australia sebagaimana dikutip The Guardian.

Dia menyebut pihak berwenang, Australian Border Force (ABF), terlalu lamban. Seharusnya M dilarikan ke rumah sakit di Australia sejak pekan lalu. Atau, setidaknya, sejak dia stop buang hajat.

Kondisi M sangat mengkhawatirkan. Karena menolak asupan nutrisi selama 20 hari terakhir, perutnya kosong. Bahkan, sistem pencernaan pada tubuh ringkihnya berhenti bekerja. Berat badannya tinggal 36 kilogram. Menurut dokter yang merawatnya di kamp pengungsi, bocah asal Iran itu hanya mau meminum sedikit air.

”Dia hanya terasupi cairan gula lewat slang infus,” kata dokter tersebut. Dia menambahkan bahwa M tidak lagi buang hajat sejak 15 hari lalu. Tiap kali kencing pun, dia merasa kesakitan.

Kemarin proses evakuasi M pun penuh drama. Semula ABF berniat memindahkan M dengan pesawat komersial. Tapi, karena kondisi M sangat buruk dan tidak memungkinkan baginya untuk menumpang pesawat komersial, paramedis akhirnya mendatangkan ambulans udara.

Awalnya, ABF tidak mengizinkan ayah M ikut serta ke Australia. Mereka hanya memperbolehkan M dan sang ibu serta saudarinya yang mengantarkan. Namun, M tidak mau. Dia ngotot sang ayah harus ikut. Setelah negosiasi yang alot, ayah M pun akhirnya boleh ikut mengantar.

M yang masih remaja nekat mogok makan karena frustrasi. Dia tertekan karena harus menjalani hidup yang serbasulit di Nauru. Tidak bisa bersekolah, tidak mendapatkan makanan yang layak, bahkan tidak ada tempat untuk bermain. Padahal, dia dan keluarganya sudah berstatus pengungsi.

Kisah M hanyalah satu di antara sekian banyak cerita pilu para pencari suaka di Kamp Nauru. Meski berstatus pengungsi, Australia tidak mau menampung mereka

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

BERITA LAINNYA
X Close