Kapolda Tegaskan Setiap Venue Asian Games Dijaga Khusus
Saat ini, tim Detasemen Khusus (Densus) 88 di-back up Polda Sumsel sedang berada di Kota Lubuklinggau. Mereka memburu orang yang diduga pencari dana amaliah dua sekawan yang diduga jemaah anshorut daulah (JAD) asal Pekanbaru itu.
“Saat ini tim masih di lapangan (Lubuklinggau). Kami juga bersinergi dengan TNI dan inteligent community lainnya,” ungkap Kapolda Sumsel Irjen Pol Zulkarnain Adinegara, di Mapolda Sumsel, kemarin.
Untuk Abu Rahman dan Abu Ansor sendiri, masih diamankan di Mako Satbrimob Polda Sumsel. Statusnya belum berubah, masih terduga teroris pascapenangkapan di kawasan pasar Km 5 Palembang, Senin (14/5) lalu. Penetapn tersangka dalam proses hukum tentu harus berdasarkan fakta yuridis.
“Tidak bisa hanya pengakuan, tapi harus ada alat bukti. Karena itu, keduanya masih terus kami dalami pengakuannya,” terang Zulkarnain. Abu Rahman dan Abu Ansor berangkat dari Pekanbaru ke Jakarta, untuk ikut menyerang Mako Brimob Kelapa Dua Depok, pascakerusuhan 8 Mei lalu.
Namun kondisi sudah keburu kondusif, ikhwan-ikhwan JAD Pekanbaru itu sudah dipindah ke Lapas Nusakambangan. Dalam perjalanan pulang ke Pekanbaru, Abu Rahman dan Abu Ansor mampir ke Palembang, hingga ditangkap Senin (14/5) Tim Densus 88 di-back up Polda Sumsel.
Mereka mengaku ke Palembang, hendak menemui dosen berinisial L. Terkait dosen berinisial L tersebut, Kapolda meluruskan belum ada fakta keterlibatannya. Bahkan dosen tersebut sampai saat ini belum dimintai keterangannya. Polisi masih mengumpulkan informasi selengkap-lengkapnya.
Kata Kapolda, Abu Rahman mengaku dirinya punya utang dengan dosen berinisial L tersebut. Dia bermaksud menemui. Sekaligus hendak meminta maaf. Sebab 2011 lalu, Abu Rahman batal menikah dengan S, adiknya dosen L tersebut. “Kami tidak akan menzalimi orang. Kalau tidak ada kaitan, ya untuk apa dimintai keterangan. Sejauh ini tidak ada kaitan apa-apa,” tegasnya.
Lanjut jebolan Akpol 1985 itu, para teroris dalam bertindak punya konsep harus berhadapan langsung dengan aparat, khususnya Polri. Mereka beranggapan, jika mati setelah berhadapan dengan aparat, akan langsung masuk surga dan disambut 70 bidadari. “Itu ‘kan konsep yang mereka yakini,” tukasnya.