Ke Tambora Lewat Pulau Moyo
Oleh Dahlan IskanPelabuhan Fener itu pun bisa diandalkan. Untuk kedatangan raw sugar impor. Atau pengiriman gula kristal yang dihasilkan pabrik.
Semula saya kagum dengan investor pabrik gula di Tambora ini: Samora Group. Yang selama ini kita kenal sebagai importir raksasa raw sugar. Kok begitu idealisnya. Mau membangun pabrik gula di wilayah yang begitu gersangnya.
Ternyata itu tadi. Pabrik itu juga untuk menggiling raw sugar impor. Ya… sudah. Baik juga.
Siapa tahu. Sambil mengolah raw sugar bisa membina petani tebu lokal. Yang selama ini hanya tahu menanam jagung. Atau menanam pohon mente.
Saya mampir ke pabrik gula itu. Aroma gulanya harum. Aroma dari proses pengolahannya. Pabrik ini bersih. Tidak ada ceceran tebu.
Bahkan lagi tidak ada tebu yang dikirim ke pabrik itu. Yang berkapasitas 5.000 TCD itu.
Saya masih bisa belajar satu hal baik dari pabrik ini: sistem kerja samanya dengan petani.
”Kami menggunakan sistem beli putus,” ujar Joko Handoyo, pimpinan pabrik ini. Yang memang ahli gula. Yang sepanjang hidupnya menggeluti pabrik gula. Mulai dari Kebon Agung malang, Tasik Madu Jogja, Medan, Pati, Blora dan sekarang Tambora.