Kebangkitan Pariwisata di Asia Tenggara Belum Tentu Jadi Hal yang Baik Bagi Lingkungan dan Sosial
Ia mencari cara untuk mempertahankan bisnis pariwisata dan perhotelan yang sudah ia jalani selama satu dekade.
"Kami memutuskan untuk mengubah restoran untuk turis lokal kami, jadi kami menjual makanan Khmer, dan kami mempertahankan tenaga kerja kami," katanya.
Selama hampir satu tahun, penghasilan dari restoran dan tabungan bisa membuat pekerja tetap mendapat gaji.
Tapi saat turis masih belum kembali pada pertengahan 2021, Sareth mulai melepaskan staf dengan janji mereka akan dipanggil kembali ketika pariwisata internasional kembali berlanjut.
Meski banyak perbatasan internasional sudah dibuka kembali untuk pelaku perjalanan yang sudah divaksinasi, industri pariwisata di Kamboja, seperti sebagian besar di kawasan lainnya di Asia Tenggara, masih menderita.
Data yang dirilis United Nations World Tourism Organization (UNWTO) pada awal Agustus lalu menunjukkan pariwisata internasional di kawasan Asia Pasifik mengalami pemulihan paling lambat di mana pun di dunia.
Sementara kedatangan internasional di Eropa turun 30 persen, di kawasan Asia Pasifik mereka turun 90 persen.
Pemulihan yang lambat di kawasan ini sebagian besar disebabkan oleh ketergantungannya terhadap turis asal Tiongkok, yang masih sulit keluar negeri karena kebijakan COVID-19 yang diterapkan di negara tersebut.