Kehumasan Pemerintah pun Dituntut Berubah di Era Digital
jpnn.com, SIDOARJO - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur di bawah kepemimpinan Nandang Prihadi, menyelenggarakan Pelatihan Jurnalistik yang dilaksanakan selama dua hari di Sidoarjo, 13-14 Maret 2018.
Kegiatan ini diikuti oleh para pejabat eselon tiga dan 4 serta staf. Acara ini dilatarbelakangi tuntutan kehumasan pemerintah untuk berubah.
Seiring dengan perkembangan global, media massa telah bertransformasi dari konvensional menjadi digital. Televisi, koran dan radio sudah tidak menjadi sumber informasi utama, orang sudah beralih kepada internet yang terbukti lebih update, cepat, dan praktis. Hampir 132,7 juta penduduk Indonesia aktif menggunakan internet, dan 106 juta atau 40 persen di antaranya aktif di sosial media.
Pada berbagai kesempatan, dari sisi strategi humas dan kehumasan sering disampaikan bahwa setiap pegawai bisa berperan sebagai humas, apalagi pegawai balai yang berada di lapangan adalah sumber informasi. Untuk itu diharapkan setiap pegawai membuat tulisan yang mengalir seperti membuat dongeng, dengan mengangkat sisi yang berbeda dari umum.
Seiring dengan rencana pertemuan IMF yang memilih tempat di Jawa Timur pada bulan Oktober nanti, strategi humas adalah dengan membanjiri media dengan informasi seputar pariwisata alam, khususnya sekitar Banyuwangi seperti keindahan alam dan keunikan tumbuhan dan satwa di Taman Nasional Baluran dan Taman Nasional Alas Purwo.
Di Jawa Timur terdapat beberapa taman nasional dan taman wisata alam yang menjadi destinasi wisata nasional bahkan internasional, seperti Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan Taman Wisata Alam Ijen.
Nandang melihat banyak potensi-potensi yang dimiliki BBKSDA Jatim, seperti pegawai, kawasan konservasi, peredaran satwa liar, role model hingga mitra. Nandang berharap semua itu bisa dipublikasikan dalam bentuk tulisan, buku, penelitian ataupun publikasi kreatif lewat media sosial.
Jika ada isu sensitif yang beredar, menurut Nandang perlu ditanggapi. Namun demikian isu-isu yang bersifat negatif bisa diimbangi dengan isu-isu yang bersifat positif. Untuk menangkal isu-isu negatif dapat menggunakan website dan media sosial yang ada, seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan YouTube.