Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Keluarga Dokter

Oleh Dahlan Iskan

Kamis, 21 Mei 2020 – 04:40 WIB
Keluarga Dokter - JPNN.COM
Ilustrasi: disway.id

Yang seperti itu tidak akan terjadi di Vietnam atau Taiwan. Atau di Korea Selatan. Atau di mana lagi. Di sana sistem pelacakan luar biasa disiplin.

Begitu ada seseorang dinyatakan positif, siapa saja yang pernah terhubung dengannya harus dikejar. Harus ditemukan. Lalu diharuskan masuk karantina. Biar pun karantina itu di rumah masing-masing.

Selama dikarantina diawasi sangat ketat. Menggunakan teknologi. Seperti yang dibuat Ahmad Alghozi Ramadan di Bangka Belitung itu. Baca juga: Milenial Nakal

Lalu mereka itu dites. Yang positif harus masuk rumah sakit. Yang negatif dibebaskan.

”Kita masih sangat lemah di bidang pelacakan ini,” ujar dr Brahmana.

Ingat pilot Vietnam yang berkebangsaan Inggris itu? Begitu sang pilot diketahui positif sistem pelacakannya berjalan.

Dari satu pilot itu saja yang harus dilacak 4.000 orang. Tentu sulit sekali melacak 4.000 orang.

Namun itulah yang dilakukan di Vietnam. Yang negaranya lebih miskin dari Indonesia.

Satu dokter lagi meninggal dunia. Di Surabaya. Senin lalu. Namanya: Dokter Boedhi Harsono. Ahli penyakit dalam. Lulusan Universitas Brawijaya, Malang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close