Kemendes Bareng Kepala Desa Studi Banding ke Tiongkok
Sebelumnya, pada Kamis (28/3), Kepala Desa, Pendamping Desa, dan Penggiat Desa mengunjungi Desa Huaxi, Kecamatan Huashi, Provinsi Jiangsu, Tiongkok. Peserta benchmarking study ini mempelajari bagaimana desa ini mampu bangkit dari kemiskinan dan menjadi desa terkaya di Tiongkok.
Desa Huaxi merupakan desa yang memiliki kualitas perkotaan dengan karakteristik perdesaan. Desa ini memiliki fasilitas mewah layaknya di perkotaan, seperti gedung pencakar langit dengan tinggi 328m, hotel dan villa-villa mewah, fasilitas umum modern yang lengkap, dan taxi helicopter untuk mengitari desa.
Desa ini memiliki 970 keluarga, setiap keluarga diberikan satu villa dengan hak pakai untuk dikelola atau disewakan. Rata-rata gaji tahunan masyarakat desa adalah 122.600 yuan atau sekitar Rp 237,2 juta.
Di Desa Huaxi, peserta studi banding mengunjungi Huaxi Urban Agriculture Demonstration Park, yang merupakan pusat litbang e-commerce di Desa Huaxi. Pemerintah setempat juga menjadikan produk unggulan desa tersebut yakni beras, buah-buahan dan ikan sebagai komoditi untuk mengembangkan wisata.
Selain itu, peserta juga berkesempatan mengunjungi pabrik pengolahan beras organik modern di Desa Huaxi. Peserta studi banding ini mempelajari bagaimana beras organik diproses secara modern hingga menjadi produk jadi dengan sistem komputerisasi.
Perlu diketahui, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) memberangkatkan sejumlah kepala desa, penggiat desa dan pendamping desa untuk mengikuti studi banding ke negara Korea dan China pada Jumat (22/3).
Salah satu tujuan pengiriman itu agar desa-desa lebih inovatif dalam melaksanakan kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Hal tersebut sejalan dengan salah satu program yang diusung Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi yakni Program Inovasi Desa.
Studi banding ke luar negeri diharapkan dapat meningkatkan kompetensi dan memunculkan inovasi dalam pengelolaan dan pembangunan desa, serta para peserta dapat membangun jaringan, menambah pengetahuan dan membuka pasar antar kepala desa dengan mitra luar negeri. Diharapkan setelah kunjungan itu, para peserta bisa menerapkan didesanya masing-masing apa yang apa yang mereka liat di luar negeri.(adv/jpnn)