Kemendikbud Revisi Mapel PKn
Untuk itu, perlu dilakukan revitalisasi penanaman nilai-nilai Pancasila agar anak-anak dididik dengan mengutamakan pembudayaan Pancasila. Sehingga, lanjut Totok, guru pengampu mata pelajaran Pancasila bertindak sebagai vocal point untuk pelaksanaan Pancasila.
Ditambahkan Totok, ke depan pembentukan karakter Pancasila akan lebih bersifat praktik, bukan sekedar tataran pengetahuan. Dia mencontohkan, ketika mengajarkan nilai gotong royong, guru harus langsung praktik, sehingga tidak hanya pada tataran teori.
Dia pun menegaskan, para siswa tidak akan dibebankan mengikuti ujian sebagai evaluasi akhir mata pelajaran Pancasila. Evaluasi berbentuk ujian akan kembali menempatkan materi Pancasila di tataran pengetahuan karena berakhir pada penilaian.
"Penilaian akhir itu ujiannya apa, akhirnya pendidikan berakhir di penilaian. Kami sudah ada rapor karakter, tapi deskripsi evaluasi pun bukan pelabelan pada anak," ujarnya.
Evaluasi, nantinya, menurut Totok, akan berupa deskripsi pencapaian siswa pada rapor karakter pengembangan sikap, karakter Pancasila. "Guru nanti mendeskripsikan nilai dan moral Pancasila, misalkan karakter empati yang dicerminkan pada perilaku nyata seperti menolong teman yang kekurangan atau membutuhkan," jelas Totok.
Kemudian, penilaian itu berupa penjelasan bagaimana pencapaian moral dan karakter siswa untuk nilai Pancasila tersebut.
"Guru mendeskripsikan, misal Pancasila empati dicerminkan perilaku nyata, itu menolong anak yang kekurangan yang membutuhkan, jadi bagaimana anak menolong temannya, apakah belum berkembang, sudah berkembang, sudah terbiasa, dan sudah membudaya," tutup Totok.
Pendidikan nilai moral Pancasila menjadi wahana strategis bagi pengembangan kesadaran moralitas anak melalui pengalaman belajar dengan relasi yang lebih luas dan plural.