Kemenkes Sebut Air Minum jadi Pilar Mencapai Indonesia Emas 2045
Chief Of Wash UNICEF Indonesia Kannan Nadar dalam sambutan pembukaan menyampaikan untuk mewujudkan target roadmaps/rencana SDG-6 yang dicanangkan pemerintah Indonesia, diperlukan dana USD 45 miliar hingga 2030.
Kesenjangan pembiayaan berdasarkan target RPJMN saat ini adalah sekitar Rp 113 triliun untuk air dan sanitasi. Menurutnya pendekatan “bisnis seperti biasa” tidak akan membantu menjembatani kesenjangan finansial yang besar ini.
Pembiayaan alternatif, termasuk kredit mikro, pembiayaan perbankan, dan mobilisasi dana sosial Islam, serta menarik pemain non-tradisional adalah kuncinya.
"Indonesia sudah mempunyai beberapa contoh bagus dalam hal ini. Lebih dari 840.000 pinjaman dengan total Rp 1,9 triliun telah memberikan manfaat kepada 4,3 juta orang (91 persen perempuan) dengan peningkatan akses WASH,”ujar Kannan.
Sekjen Perhimpunan Bank Perkrerditan Rakyat Milik Pemerintah Daerah se-Indonesia (PERBAMIDA) Afandi Setyonugroho pada kesempatan sama mengatakan sebanyak 32 BPR/S anggotanya di Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur, telah memiliki produk pembiayaan untuk air dan sanitasi. Jumlah kredit air dan sanitasi yang telah disalurkan mencapai Rp 100 Miliar.
“Secara kumulatif anggota BPR/S PERBAMIDA telah berkontribusi dalam memberikan Akses Air dan/atau Sanitasi Kepada lebih dari 300.000 orang di 4 Provinsi,”ujar Afandi.
Pada kesempatan sama, Zuraida Murdia Hamdie, Head of CSR Department PT Adaro Energy Indonesia Tbk, menyatakan, pihaknya mengimplementasikan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di wilayah kerjanya dan telah berhasil wewujudkan Kabupaten Tabalong Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS).
“Program STBM menjadi salah satu fokus utama misi Adaro untuk berkontribusi meningkatkan derajat kesehatan, akses sanitasi yang layak, IPM di wilayah operasionalnya,”ujar Zuraida.(mcr10/jpnn)