Kemenpar Akan Beri Apresiasi Homestay dan CBT Terbaik di Indonesia
Juga keberadaan CBT akan turut memajukan homestay itu sendiri, karena pengelolaan dan pemasarannya akan lebih bagus dan terpadu.
“Ketertarikan pengunjung terhadap homestay akan naik dari 10 persen di 2016 menjadi 15 persen di 2020, di kota-kota besar dunia. Dari 2 persen di 2016, menjadi lima persen di 2020 di Asia Tenggara. Karena itu, homestay kini tidak bisa dianggap remeh,” ujar Oneng.
Homestay sendiri harus memiliki karakter dan kriteria. Terutama homestay harus memiliki atraksi wisata. Memiliki daya tarik wisata khususnya wisata budaya, dengan mengangkat kembali arsitektur tradisional nusantara. Lokasinya berada di desa wisata sehingga masyarakat dapat berinteraksi dengan masyarakat lokal.
“Yang penting lagi, menjadi tempat tinggal yang aman bersih dan nyaman bagi wisatawan, dengan pengelolaan homestay berstandar internasional,” ujarnya.
Oneng mengaku keunggulan homestay dibandingkan hotel, proses pembangunannya yang lebih cepat. Lama pembangunan homestay sekitar enam bulan, sedangkan hotel bisa sampai lima tahun.
Homestay low cost tourism, sedangkan hotel high cos tourism. Dan yang lebih penting lagi, masyarakat lokal di desa wisata menikmati langsung dampak ekonominya.
Pada kesempatan yang sama, Vitria Ariani Ketua Dewan Juri menjelaskan saat ini sudah terdata 53 Kabupaten di Indonesia yang akan diberikan penilaian dewan juri. Para peserta mengirimkan datanya ke dewan juri hingga pertengahan Juli 2017.
“Setelah data peserta terkumpul kami akan melakukan penilaian langsung ke lapangan pada periode Agustus 2017 hingga pertengahan September 2017. Mengingat sebaran wilayah yang luas di Indonesia, kami akan melakukan penyebaran juri untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan efektif,” ujar Vitria Ariani yang akrab disapa Bu Ria itu.