Kemenpar Menuju Customer-Centric Organization
Bedanya, kalau di perusahaan, omset (profit) masuk ke kantong pemegang saham. Sementara kalau di Kemenpar, “omset” dikembalikan ke masyarakat demi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
Itu sebabnya saya mengelola Kemenpar ini dengan pendekatan strategi korporasi (corporate strategy). Dengan pendekatan ini saya ingin menciptakan entrepreneurial government di tubuh Kemenpar. Karena alasan itu pula tulisan ini saya beri nama “CEO Message”, bukan “Minister Message”. ??
Nah, seperti kata Prof. Candler, ketika strateginya dirombak, maka struktur organisasinya pun harus dirombak. Ketika strateginya mengarah ke customer-centric strategy, maka struktur organisasinya juga harus mengarah ke customer-centric structure, tak bisa lagi menggunakan bureaucratic structure. Inilah alasan mendasar kenapa kini kita kembali melakukan perombakan struktur organisasi.
?Kelemahan Bureaucratic Structure
Sebelum mengulas lebih jauh, saya ingin menguraikan beberapa kelemahan mendasar yang dimiliki oleh bureaucratic structure. Pertama, bureaucratic structure umumnya terdiri dari fungsi-fungsi yang membentuk silo-silo yang sangat tegas dan kaku. Antar-bagian/unit dipisahkan oleh tembok-tembok tinggi yang membatasi pegawai melakukan kerja sama, teamwork, dan kolaborasi.
Scope kerja mereka dibatasi oleh job description, prosedur dan aturan yang begitu membelenggu kreativitas dan inovasi. Kerja mereka cenderung rutin dan berulang (repetitif) dari tahun ke tahun, tanpa ada continuous-improvement. Inilah yang menyebabkan organisasi birokratik demikian kaku dan tidak adaptif menghadapi perubahan lingkungan eksternal.
Bureaucratic structure umumnya menggunakan format organisasi fungsional (functional structure). Anda mungkin masih ingat, saya membagi struktur organisasi secara sederhana menjadi empat yaitu: functional, area, product, industry yang disingkat menjadi FAPI.
Saya sering mengatakan bahwa functional structure adalah bentuk struktur organisasi yang paling tradisional, dan paling banyak memiliki kelemahan. ?Kedua, di dalam bureaucratic structure, hierarki organisasi layer-nya begitu banyak dan pengambilan keputusan dilakukan mengikuti rantai komando (chain of command) yang sangat ketat, sehingga pengambilan keputusan berjalan sangat lambat.
Ini diperparah lagi dengan adanya otoritas pengambil keputusan yang tersentralisasi di pucuk pimpinan, bukannya terdesentralisasi ke pemimpin-pemimpin di berbagai layer organisasi di bawahnya. Kalau sudah begini maka pegawai menjadi cenderung pasif, kurang inisiatif, dan lelet alias lambat.?