Kemenristekdikti Panggil 57 Ilmuwan Diaspora Pulang ke Indonesia
Selain itu, ada pula berbagai kerja sama instusi yang sudah terjalin melalui MoU, hingga mobilisasi dosen Indonesia ke perguruan tinggi asal ilmuwan diaspora.
Dirjen Ghufron berharap, dengan banyaknya porsi peserta baru pada SCKD 2019, mampu membuka peluang kolaborasi yang lebih luas bagi para akademisi dalam dan luar negeri. Para ilmuwan diaspora juga menjadi katalis bagi perguruan tinggi di Indonesia untuk masuk pada ranking dunia, yakni melalui transfer teknologi dan ilmu pengetahuan.
"Beberapa ilmuwan diaspora juga menjadi visiting professor program Wolrd Class Professor (WCP). Artinya, para ilmuwan diaspora tersebut memiliki kapasitas yang sejajar dengan profesor asing yang berkelas dunia, dan dituntut untuk menghasilkan jurnal Q-1 atau Q-2, dan mereka ini adalah anak bangsa," terang Dirjen Ghufron.
Dampak penyelenggaraan SCKD tidak sebatas pada sisi akademik. Lebih lanjut, program ini mampu menjadi ajang untuk merajut jiwa nasionalisme para ilmuwan diaspora yang sudah bertahun-tahun berkarier di luar negeri. Sedangkan bagi ilmuwan diaspora, SCKD menjadi tanda bahwa negara hadir untuk memanggil mereka agar berkontribusi pada tanah kelahirannya.
Sementara keterlibatan Kemenlu dalam penyelenggaraan SCKD 2019 sendiri diharapkan mampu memperkuat diplomasi melalui jejaring dan kolaborasi para akademisi. Selain itu, ajang ini juga menjadi wadah diskusi untuk merekomendasikan kebijakan-kebijakan terkait, terutama bagi keberlanjutan peran ilmuwan diaspora yang berkarier di luar negeri.
Rangkaian acara SCKD 2019 terdiri atas simposium dan kunjungan ke perguruan tinggi di berbagai daerah. Tak hanya ilmuwan diaspora, pada acara simposium nanti juga akan hadir ilmuwan dunia, seperti Chennupati Jagadish sebagai salah satu pembicara utama. Di samping itu, hadir tokoh-tokoh penting dari kalangan akademisi hingga birokrat yang ikut mengisi sesi seminar. (esy/jpnn)