Kesenjangan Sekolah Islam Bisa Picu Ekstrimisme
Sementara itu sekolah mainstream (mainstream school) sudah mengajarkan nilai keterbukaan, integrasi, indetitas beragam, dan komunalitas.
Sekolah-sekolah yang masuk dalam kategori mainstream mayoritas telah menumbuhkan sikap toleran, idetitas muslim indonesia, dan berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan dan kegiatan antar iman dengan siswa dari sekolah lain.
“Penelititian yang kami paparkan di simposium ini bisa dijadikan pijakan awal bagi seluruh stakeholder pendidikan bahwa masih terdapat beberapa sekolah yang cenderung mengajarkan sikap tertutup yang bisa berujung pada tumbuhnya ekstremisme lewat pemaksaan sikap beragama untuk orang lain,” tutur Agus Mutohar.
Menurut Agus Mutohar penelitian ini dilatarbelakangi bahwa Indonesia menepati rangking 42 dari 163 negara dalam indeks terorisme global yang menunjukkan bahwa perlu usaha yang menyuluruh dari seluruh pihak untuk mencegah munculnya sikap ekstremis dalam berbagai struktur masyarakat termasuk sekolah.
Mereka yang terlibat dalam penelitian adalah Dr Melanie C Brooks dan Prof Jeffrey Brooks dari Monash, Prof Irwan Abdullah dari UGM dan Agus Mutohar mewakili UIN Walisongo.
Selama tahun 2017, peneliti melakukan studi kasus di 20 sekolah Islam di Jawa Tengah dengan mewawancarai kepala sekolah, melakukan observasi, dan studi dokumen seperti kurikulum dan dokumentasi sekolah.
Agus Mutohar mengatakan di sekolah network terjadi pengajaran ekstrim dengan contoh pada beberapa hal.