Ketika Perusahaan Farmasi Membeli Lembaga Publik
Rabu, 30 Juni 2010 – 14:26 WIB
Dari kajian itu jelas, para dokter praktik di Amerika Serikat sebenarnya lebih tertarik pada artikel-artikel yang terkait dengan praktik-praktik kedokteran aktual, daripada membaca laporan tentang iblis yang bernama tembakau. Namun, sikap dokter yang seperti itu, justru akan dicap sebagai dokter yang tidak peduli dengan kesehatan publik.
Selain itu, ternyata banyak pula dokter-dokter yang mengaku tidak nyaman jika harus mengidentifikasikan pasiennya sebagai perokok atau bukan. Menguliahi mereka tentang bahaya merokok, atau juga menawarkan produk-produk farmasi sebagai obat berhenti merokok, seperti diamanatkan oleh Clinical Guidelines. Karena, mereka khawatir hubungan dokter dengan pasien bisa runyam jika seorang dokter terus menerus menasihati semua perokok agar berhenti merokok. Kekhawatiran seperti itu jelas ada dasarnya. Karena, menurut berbagai penelitian di AS menunjukkan, "bahwa orang-orang yang mengetahui dirinya memiliki kebiasaan yang dianggap membahayakan kesehatan, seperti merokok atau minum alkohol, membatalkan janjinya ketemu dengan dokter, karena mereka tida ingin dikuliahi tentang hidup sehat.
Jadi, dengan mengubah para dokter praktik menjadi para pengomel dan pengasong obat berhenti merokok, assosiasi-assosiasi medis besar dan komunitas pengendalian tembakau itu sebenarnya tidak hanya menghancurkan hubungan antara dokter dan pasien, namun juga mematikan minat para pasien untuk mendapatkan perawatan medis yang diperlukan.