Ketua Investigasi Kecelakaan AirAsia Itu Teriak: Tidak Boleh Dibuka!
MASIH ada misteri di balik kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501. Prof Dr Mardjono Siswosuwarno, sebagai ketua investigasi kecelakaan pesawat yang menewaskan 162 penumpang, harus mampu mengungkap penyebab insiden itu.
-----------
Laporan Ariski Prasetyo, Jakarta
-----------
SEJAK serpihan dan korban jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 ditemukan di Selat Karimata, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, kantor Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) di Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta, terlihat ramai.
Gedung peninggalan Belanda itu setiap hari selalu dipadati awak media. Mulai pagi hingga tengah malam, para pemburu berita berusaha mencari informasi tentang penyebab kecelakaan pesawat jurusan Surabaya–Singapura, 28 Desember 2014, tersebut.
Markas KNKT bertambah ramai ketika tim gabungan Badan SAR Nasional (Basarnas) dan TNI berhasil menemukan kotak hitam (black box) pesawat bikinan Prancis itu. Petugas KNKT di lapangan langsung membawa peranti yang merekam semua percakapan pilot selama dalam penerbangan tersebut ke kantor KNKT.
Dengan pengawalan ketat dari Pangkalan Bun, alat itu diterbangkan ke Jakarta agar bisa secepatnya dibuka dan dianalisis isinya.
Sempat terjadi ketegangan ketika para wartawan meminta kotak hitam tersebut dibuka, namun pihak KNKT menolak.
’’Tidak boleh dibuka. Langsung masukkan ke laboratorium,’’ perintah Prof Dr Mardjono Siswosuwarno, ketua tim investigasi kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501, dengan nada tinggi.
Meski kecewa, awak media tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka pun hanya bisa mengambil gambar dari luar. Mereka juga bisa memahami penolakan itu karena terkait dengan pentingnya informasi yang terdapat di dalam kotak hitam tersebut.
Menurut Ketua KNKT Tatang Kurniadi, kotak hitam ditemukan dalam kondisi baik. Baik flight data recorder (FDR) maupun cockpit voice recorder (CVR). ’’Selanjutnya, black box ini akan dibongkar dan dianalisis tim investigasi KNKT yang dipimpin Pak Mardjono (Mardjono Siswosuwarno, Red),’’ ujar Tatang.