Khofifah
Oleh: Dahlan IskanDia tidak terlihat membentuk jaringan relawan. Juga belum safari ke mana-mana. Dia terus safari di Jatim. Sabtu lalu saya bertemu di Takeran, Magetan. Sehari sebelumnya di Madiun.
Khofifah ingin mencatatkan prestasi maksimal di Jatim. Dia mewarisi jabatan gubernur-gubernur sebelumnya yang juga berprestasi. Kebesaran Jatim sebagai provinsi besar, kali ini ada di tangan gubernur wanita.
Meski baru sekali menyaksikan sendiri paparan Khofifah atas prestasi Jatim, saya sudah bisa mengambil kesimpulan: Khofifah sudah berhasil mentransformasikan diri dari seorang pemimpin organisasi masa wanita menjadi seorang teknokrat.
Dia bisa bicara lugas mengenai angka-angka statistik yang rumit. Dia bisa menjelaskan apa yang terjadi di balik angka-angka itu: angka kemiskinan, angka tingkat pendidikan, angka pertumbuhan ekonomi, perimbangan wilayah desa-kota-pantai pun sampai ke soal tingkat kesehatan penduduk.
Khofifah tidak lagi bicara yang umum-umum seperti seorang pemimpin umat. Dia sudah selalu bicara program, bagaimana menerapkan program, target apa yang harus dicapai dan bagaimana cara mencapainya.
Lalu juga bicara evaluasi, sistem, dan mitigasi risiko. Semua capaian itu tidak saya uraikan di sini karena sudah ada laporan khusus yang membedahnya di halaman-halaman di Harian Disway ini.
Ciri-ciri keteknokratan seorang pemimpin terlihat pada Khofifah. Maka, sebenarnya dia sudah layak untuk masuk ke kancah kepemimpinan nasional.
Maka, kini Khofifah punya dua kekuatan besar: sebagai pemimpin umat dan sebagai administrator pembangunan.