Khusnul Bomiyah
Oleh: Dahlan IskanAda perasaan tertentu ketika membaca nama itu: jangan-jangan itu istrinya. Salah tulis. Ia pun minta izin menengok Nurul Fatimah. Tidak mudah menengok korban terorisme. Bisa dicurigai sebagai jaringan teror yang akan menghilangkan saksi.
Akhirnya diizinkan. Nurul Fatimah itulah Khusnul Chotimah.
Di Sidoarjo, Sang ayah melihat berita di TV. Perasaannya juga merasa: Anaknya jadi korban. Nomor HP sang putri tidak bisa dihubungi. Lenyap bersama ledakan. Sang menantu belum bisa memberikan kepastian. Masih mencari dan mencari.
Sang ayah pun langsung berangkat ke Bali. Naik bus. Sampai di terminal penyeberangan Ketapang, Banyuwangi, ia dihadang petugas. Justru ia dicurigai.
Ia merasa itu gara-gara jenggotnya yang panjang. Maka ia balik kucing. Ke Jember. Salah satu anaknya tinggal di Jember.
Di rumah anaknya itulah sang ayah mencukur jenggotnya. Klimis. Lalu balik ke Banyuwangi. Di terminal penyeberangan tidak ada lagi masalah. Ia bisa naik feri tiba di Gilimanuk. Lalu ke Denpasar.
Khusnul sendiri hanya dua hari di RS TNI-AD. Lukanyi tidak mungkin ditangani di situ. Harus dipindah ke Sanglah. Pun di Sanglah. Tidak bisa mengatasi. Maka Khusnul diterbangkan ke Perth, Australia. Dengan pesawat militer Australia. Dia diterbangkan bersama dua korban bom lainnya.
Belum lama terbang di udara salah satu korban meninggal dunia. Maka pesawat pun didaratkan darurat di Darwin. Setelah jenazah diturunkan pesawat terbang lagi ke Perth.