King...I am Liem Swie King (3/habis)
Itulah King. Dia kembali berjaya di Thomas Cup 1984.
Thomas Cup turnamen bulutangkis tertua yang dihelat International Badminton Federation (IBF), sejak 1948-1949. Di kancah bergengsi dua tahun sekali ini, Indonesia sangat diperhitungkan.
Sejak meraih juara pertama pada 1958, Indonesia tujuh kali berturut-turut menjadi jawara di turnamen beregu putra ini hingga 1979. Hanya berseling sekali diambil Malaysia pada 1967.
Pada 1982, Piala Thomas direbut China. Dan 1984 Indonesia bertemu China di partai final.
Pertandingan berlangsung sengit. China bersikeras mempertahankan gelarnya. Indonesia memperjuangkan piala itu dibawa kembali ke Tanah Air.
Empat laga pertama berlangsung seri. Skor 2-2. Di partai puncak Thomas Cup 1984, pasangan Indonesia Liem Swie King-Kartono berlaga dengan pasangan China Sun Zhian-Tian Bingyi.
Awal set pertama, pasangan China itu didikte King dan Kartono. Sementara Indonesia unggul 7-3. Tak mau kalah, pasangan China menaikkan tensi permainan. Skor imbang 11-11.
Laga tepok bulu berkaliber dunia itu kian sengit. Kedua pasang punya target juara, mengharumkan nama bangsa masing-masing. Skor kembali imbang 13-13. Di usia 28, King masih punya kecepatan. Set pertama dimenangkan Indonesia 18-14.