Kisah Bung Karno Diayun Manap Sofiano
Berbulan-bulan kemudian, tak ada kabar berita dari Manap Sofiano. Bung Karno pun menyuratinya.
"Waktunya sudah tiba. Bayar utangmu, kalau tidak, akan kuajukan kamu ke pengadilan," ancam Bung Karno.
Manap Sofiano membalas surat itu. "Aku tak peduli dengan diriku, tetapi aku memiliki lima anak. Kalau aku masuk penjara, mereka akan menderita."
Menurut cerita Bung Karno, tentu saja dirinya tak mau menyakiti anak-anak yang tidak bersalah.
"Jadi apa lagi yang kulakukan? Aku kemudian membayar utangnya yang berjumlah 60 rupiah itu. Di samping itu aku menyadari dia memang pemain sandiwara yang ulung," kenang Bung Karno.
Sosok Manap Sofiano ini agaknya cukup membakas di hati sang proklamator. Di bagian terpisah, begini kata Bung Karno, "Manap Sofiano seorang pemain yang menjalankan peran primadona dalam pertunjukanku."
Sakadar informasi, di samping lihai berpolitik, presiden pertama Indonesia juga lihai berkesenian.
Saat dibuang ke Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (1934-1938) setidaknya delapan naskah tonil (semacam sandiwara teater) berhasil digarap dan dipertunjukkan.
Karyanya antara lain, Rahasia Kelimutu, Rendo, Jula Gubi, KutKuthi, Anak Haram Jadah, Maha Iblis, Aero Dijnamiet, dan Dr. Syaitan.