Kisah Enes Kanter: Bintang NBA yang Kehilangan Kampung Halaman karena Mengkritik Erdogan
"Saat ini ada 17 ribu perempuan dipenjara di Turki bersama bayi mereka," beber dia.
"Turki memenjarakan lebih banyak jurnalis ketimbang negara lain. Itu membuat ku sangat kesal. Tidak ada lagi kebebasan berpendapat. Lebih dari 6 ribu akademisi kehilangan pekerjaan, ayah saya salah satunya," lanjut Kanter bersemangat.
Selama ini Kanter tidak pernah membawa urusan politik ke lapangan. Namun, rezim Erdogan tetap menemukan cara untuk mengganggu karier salah satu center terbaik NBA itu. Stasiun televisi Turki menolak menyiarkan pertandingan tim Kanter.
Pada Natal tahun ini, Boston Celtic dijadwalkan bertandang ke markas Toronto Raptors di Kanada. Namun, lagi-lagi karena rezim Erdogan, Kanter tidak bisa memperkuat timnya dalam pertandingan tersebut. Sejak paspornya dicabut pemerintah Turki pada 2017, Kanter tidak bisa berlaga di luar Amerika Serikat. Kini pria bertinggi badan 2,11 meter itu tengah berusaha mendapatkan kewarganegaraan AS.
Kanter pun tetap menjaga hubungan baiknya dengan Fethullah Gulen. Dia kerap berkunjung ke kediaman ulama kenamaan itu di Pennsylvania, Amerika Serikat.
"Saya selalu merasa damai saat berada di sana. Amerika telah memberi banyak hal kepada saya, tetapi saya juga ingin bersama dengan orang-orang yang mengerti bahasa, budaya, dan makanan Turki," beber Kanter.
Keduanya bertemu pada 2013. Ketika itu Kanter sudah vokal mengkritik pemerintah Turki dan Erdogan. Ketika kudeta pecah di Turki pada 2016, Kanter sedang berada di samping Gulen. Dia teringat Gulen menangis ketika melihat berita di televisi tentang korban jiwa yang jatuh dalam aksi tersebut. Tak lama kemudian, Erdogan muncul di televisi dan menuding Gulen sebagai dalang kudeta.
"Ini sangat konyol, pikir saya waktu itu," kenang Kanter.