Kisah Kecerdasan dan Kenekatan ala Anak Medan
Senin, 28 Mei 2012 – 02:26 WIB
"Jika malas ke Lapangan Merdeka, di tengah perjalanan pulang saya suka mampir di pakter tuak dekat kuburan Jalan Sei Wampu. Di sana ada penyanyi yang saya kagumi. Namanya Nuhun Situmorang. Jika sudah minum empat gelas, dia langsung angkat suara, menyanyi lantang dengan gitarnya seperti troubadour. Tak ada capeknya, bisa sampai dua-tiga jam dia bersenandung. Saya merasa sendu mendengar alunan suaranya dalam lagu Na Sonang Do Hita Na Dua dan Dung Di Tonga Borngin. Untuk menyanyi lagu Pulau Samosir biasanya dia naik ke atas meja. Saya yang duduk jauh di bawah pohon, menonton melalui jendela, juga ikut bertepuk tangan. Karena jika saya masuk ke pakter, saya sudah pasti diusir. Ini tempat orang dewasa, bukan buat anak-anak."
Begitu kalimat gaya bertutur yang tertulis di buku yang kemarin (27/5) siang dilaunching di sebuah hotel mewah di Jakarta. Dengan enteng, pria yang juga pernah menjabat Wakil Kepala BPN ini juga bercerita tengang kisah asmaranya.
Buku ini juga sangat cocok dibaca para alumni SMA, yang baru saja lulus UN tahun ini. Kemauan keras Lutfi, yang sudah bertekad meninggalkan Medan untuk merantau menuntut ilmu ke Jawa, menjadi hal menarik dan sangat inspiratif. Keinginan ibunya yang menghendaki agar Lutfi menjadi dokter, dengan kuliah di Fakultas Kedokteran di USU, diturutinya dengan ikut tes seleksi. Namun, dia sengaja tidak menjawab soal-soal tes.