Kisah Mengharukan Ircam Fanani Bisa Berangkat ke Sabah
Beruntung, ada uang yang seharusnya dibayarkan anak sulungnya untuk biaya sekolah yang dia bawa. ‘’Akhirnya itu yang saya pakai dulu. Itu kenapa tadi saya menangis,’’ ucapnya.
Selang beberapa hari kemudian, hasil seleksi diumumkan. Terkejut bercampur bangga begitu namanya termasuk 18 dari 60 peserta yang lolos. Dia melayangkan izin ke pihak sekolah tempat dia mengajar sejak 2009 silam, SD Bright Kiddie. Pihak sekolah pun menyambut dengan sukacita.
Bahkan, Ircam mendapat dukungan penuh, pihak sekolah bersedia menampung kembali Ircam setelah pulang dari negeri jiran. ‘’Berangkat sendiri, istri dan anak-anak gak boleh ikut,’’ ungkap ayah dua anak tersebut.
Semangat ingin mengentaskan pendidikan anak-anak TKI di Sabah, Malaysia, dari ketertinggalan pendidikan juga didukung penuh orang tua. Sumari, ayahnya yang bekerja sebagai penjahit, tak ingin nasib anaknya seperti dirinya yang SD saja tidak lulus.
Pun Mistun, ibunya yang jualan nasi pecel, selalu mengingatkan bahwa jadilah orang yang bermanfaat bagi orang lain. Ibunya juga selalu menasihati Ircam agar setia menekuni profesi guru.
‘’Semangat itu terus saya rawat agar selalu konsisten saat mengajar di sini. Anak-anak TKI ini harapan saya,’’ ucapnya. *** (c1/fin)