Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Kisah Mesra Pelaut Makassar dan Orang Aborigin pada Masa Lalu

Jumat, 22 Juli 2016 – 15:00 WIB
Kisah Mesra Pelaut Makassar dan Orang Aborigin pada Masa Lalu - JPNN.COM
Kisah Mesra Pelaut Makassar dan Orang Aborigin pada Masa Lalu
Paul Thomas, Coordinator Indonesian Studies School of Languages, Literatures, Cultures and Linguistics dari Monash University, menuturkan kisah kedatangan pelaut dari Makassar ke pantai utara Australia.

Kompas.com/Caroline Damanik

Belum ditemukan catatan para pelaut dari Makassar yang mengonfirmasi waktu kedatangan mereka di Arnhem Land sehingga belum bisa ada klaim bahwa pelaut pertama yang tiba di benua Australia adalah pelaut dari Nusantara.

Berubah

Dari antara tahun 1760-1770, hubungan akrab suku Yolngu dan pelaut Makassar berlanjut hingga sekitar 1,5 abad kemudian. 

Richard menuturkan bahwa hubungan ini bisa berlangsung langgeng dalam jangka waktu yang lama karena sikap para pelaut dari Makassar yang bersahabat dan memberi manfaat yang signifikan dalam kehidupan masyarakat Yolngu di pesisir pantai Arnhem Land. Sikap seperti ini, lanjutnya, yang tidak ditemukan pada para pelaut Eropa ketika tiba di benua Australia.

“Ketika Makassar datang dan pergi selama beberapa abad, mereka menghormati kekuasaan suku Yolngu. Para pelaut Makassar hanya berada di sekitar pantai setelah berlabuh. Di tempat ini mereka menunggu para juragan Yolngu untuk bernegosiasi dalam hubungan dagang mereka. Hanya ada beberapa saja ketidaksepakatan yang kemudian menjadi perkelahian dalam hubungan dagang selama berabad-abad,” ucap Richard.

Namun, pada suatu musim hujan, saat mereka sudah menyiapkan teripang dan segala hasil laut yang menjadi komoditas perdagangan tanah Arnhem, para penduduk asli ini harus menerima kenyataan bahwa para pelaut Makassar tak akan pernah datang lagi.

Kisah mesra mereka harus berakhir setelah pemerintah Australia pada awal abad ke-19 mewajibkan setiap pelaut untuk memiliki izin dan membayar semacam pajak jika hendak memancing atau memanen teripang di kawasan Australia.

Wartawan Kompas.com, Caroline Damanik, telah meliput ke berbagai pelosok Australia pada rentang 14 Mei - 15 Juni 2016 atas undangan ABC Australia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News