Kisah Nayati, Saksi Hidup Penyerangan Jamaah Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang
Aku Lihat Suamiku Dikeroyok, lalu Dia MenghilangRabu, 09 Februari 2011 – 08:08 WIB
Tetapi, Roni, salah seorang korban meninggal, sempat mengatakan pesan terakhirnya saat makan pagi itu. Nayati mendengar Roni mengungkapkan firasatnya bahwa akan terjadi sesuatu yang besar sebentar lagi. "Dia bilang, perasaanya nggak enak, tiba-tiba (tubuhnya) gemeteran," ceritanya.
Menurut Nayati, para tamu itu memang sudah biasa datang ke rumah Suparman, kakaknya, untuk membayar semacam zakat 2,5 persen demi kepentingan agama. Besarannya tentu bergantung kepada pendapatan mereka. "Kadang mereka juga datang membawa buku-buku agama buat diberikan ke orang-orang," tambahnya.
Mengenai Suparman, Nayati menuturkan bahwa dia merupakan kakak yang paling disegani adik-adiknya. Setelah lulus madrasah aliyah (MA), Suparman melanjutkan kuliah di Bogor. "Nggak tahu ya nama kampusnya apa. Itu sekolah untuk ulama. Lokasinya di Masjid Mubarok. Dia cuma 3 tahun selesai. Kalau yang tidak pinter, ya bisa 5?6 tahun," tandasnya.