Kisah Pengamen di Melbourne: Lewat Audisi hingga Raup Rp 8 Juta/Hari
"Impian saya keliling Australia setahun sampai 5 tahun dengan bus bersama pacar saya yang juga seorang musisi dan bermain di jalanan, di festival, dan merekam musik, mengeluarkan album, mengedarkannya secara online, membuat video klip. Itu tujuan jangka panjang saya, semoga bisa tercapai tahun depan," harapnya.
Ada pula Patrick Darcy, seorang pengamen jalanan yang tampil atraktif di Bourke Street. Organ elektronik, gitar akustik dan harmonika menjadi alat unjuk kemampuannya.
Patrick Darcy sedang beraksi mengamen di pusat kota Melbourne. (Foto: Hany Koesumawardani)
Jari jemarinya lincah bermain di atas papan organ, berganti memetik gitar kemudian lihai pula meniup harmonika. Beberapa lagu populer dibawakannya mulai dari "Yellow" milik band Coldplay hingga "Your Song" milik musisi Inggris, Elton John.
Dengan suara yang empuk, keterampilan memainkan alat musik yang canggih plus penampilan yang necis dan bersih, tak sulit bagi Patrick menarik perhatian para pejalan kaki yang rela berhenti sejenak menikmati aksinya. Uang logam pun bergemerincing memenuhi wadah gitarnya.
"Busker itu dinilai lucu di Kanada, di sana adalah tentang reputasi. Tapi di sini (Melbourne), ini adalah profesi yang dihormati. Jadi, pertama saya memberitahu keluarga saya dan saya tak akan malu, saya tak peduli," tutur pria berkaca mata yang diwawancara usai tampil.
Tampil di Bourke Street, salah satu jalan tersibuk di kawasan CBD Melbourne, Patrick mengaku harus mendapatkan izin tampil dengan mengikuti audisi. Berasal dari Toronto, Kanada, Patrick memanfaatkan Working Holiday Visa untuk menjadi busker.