Kisah Sukses Bernard Wibowo, Influencer yang Kini Merambah Konsultan Digital Marketing
Bernard habis-habisan. Waktu 24 jam serasa kurang baginya untuk bekerja mencari tambahan. Selain membiayai hidupnya sendiri di Batam, ia juga harus membiayai kuliah adiknya, dan juga bekerja sama dengan sang kakak membiayai kehidupan kedua orang tuanya di Medan dan di Palembang. "Sampai jual barang pribadi hasil kerja yang ditabung bertahun-tahun demi adik sendiri. Tetapi sekarang, syukur adik saya lulus dan sudah bekerja jadi dokter di Palembang. Saya puas dan bahagia," ungkapnya.
Makin aktifnya dia di media sosial, orang-orang pun kini mengenalnya. Sudah tak terbilang aneka produk yang sudah dia review, baik dengan dibayar maupun tak dibayar. Khusus produk UMKM, dia sangat concern membantu mereka yang membutuhkan promosi tetapi dengan modal yang kurang.
Dia pun mengisahkan pengalamannya bersosial media. Saat itu ada tawaran untuk memasarkan produk makanan di akun Instagramnya. Bernard punya pandangan, selain memasarkan, produk-produk yang dia posting tersebut harus tahu berapa omset penjualan produknya setiap hari, ke mana saja jangkauannya, berapa keuntungan yang si penjual dapat.
"Jangan sampai saya terima bayaran dengan memasarkan itu produk, sementara si pemilik untuk membayar saya butuh menjual 20 bungkus produk jualannya. Ya kalau penjualannya lancar, kalau tidak? Masa dia harus nombok bayar saya? Jadi saya putuskan tidak menerima bayarannya namun tetap saya posting. Lagian memang produknya layak jual," ungkapnya.
Selang beberapa waktu, seseorang menghubunginya. Menawarkan apakah Bernard bersedia menjadi konsultan bisnis usaha baru yang tengah dirintis seseorang tersebut.
"Saya kaget. Ha? Saya bukan lulusan bisnis apalagi tak tamat kuliah. Kok bisa? Tak pede saya. Tetapi tetap diminta. Ya sudah OK. Kalau tak coba ya tak tahu. Saya terima. Saat bertemu, si orang tersebut bilang, bahwa dia adalah keluarga dari pemilik usaha yang saya tak mau terima bayaran saat itu. 'Dia itu ponakan saya, orang yang kamu bantu promosiin jualannya'. Saya speechless, ternyata budi baik dan karma baik itu nyata adanya dan saya percaya itu," ungkapnya lagi.
Namun selain momen bahagia seperti itu, ada juga momen 'tak enak' yang dia jalani. Saat itu ia mendapat tawaran untuk memasarkan makanan ayam penyet. Seperti biasa, karena pandemi, dia meminta produk itu dikirimkan ke rumah. "Saat saya icip, masih butuh penyesuaian sana-sini. Saya sampaikan kepada pemiliknya dengan sopan bahwa makanannya perlu diupgrade. Saya tak mau, saya terima bayaran review tetapi nyatanya tak berpengaruh ke penjualan. Rasa dan penyajian paling utama. Saya sampaikan itu eh penjualnya malah marah ke saya. Bilang sombong.”
“Tak hanya itu, produk yang dia kirim ke rumah diminta biaya, sekaligus biaya ongkos kirimnya. Ya saya bayar. Demi kredibilitas, tak masalah. Saya balikin semua. Banyak kok orang yang mengerti dan mau menerima nasihat. Kalau sekarang belum terima, yah tak apa. Demi kebaikan bersama," ungkapnya tertawa.