Kisah Veteran 93 Tahun, Lawan Perintah Jenderal Ahmad Yani Demi Sahabat
Dia belajar memegang senjata dari Jenderal Yani (panggilan anak buah untuk Ahmad Yani).
Beberapa kali dia ikut berkeliling bahkan hingga keluar Pulau Jawa untuk berperang bersama Jenderal Yani dan Jenderal Soedirman.
Satu kenangan yang paling diingatnya adalah ketika terlibat perang dan harus kehilangan sahabatnya yang sama-sama datang dari Pulau Adonara.
Saat itu, Jenderal Yani memintanya untuk meninggalkan jenazah sahabatnya di medan perang karena mereka masih harus berjalan kaki cukup jauh dan masuk ke hutan.
Tapi Serda Komis muda menolak mentah-mentah instruksi sang jenderal.
"Beliau katakan tinggalkan temanmu di sini. Tapi saya tolak. Saya tetap gendong teman saya itu biarpun sudah jadi mayat. Saya bilang 'kami berdua datang sama-sama untuk berjuang. Saya pulang dia juga harus pulang. Kami harus bersama-sama. Saya harus bawa kembali mayatnya dan menguburnya di tempat seharusnya. Akhirnya Jenderal Yani persilakan saya pikul mayat teman saya dibantu rekan lainnya sepanjang jalan," cerita Kakek Komis dengan mata berkaca-kaca.
Sepanjang jalan membawa jenazah sahabatnya Komis sempat beberapa kali menangis.
Tapi dia meyakini sahabatnya puas tidak tewas sia-sia, tapi demi memperjuangkan bangsa.