KLHK Dorong Pembentukan Panel Etis Dunia di Konferensi Perubahan Iklim
jpnn.com, JAKARTA - Pengendalian perubahan iklim tidak hanya bisa dilakukan dengan pendekatan keilmuan saja. Seiring waktu, para ilmuwan yang tergabung dalam Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) merasa tidak mampu menerapkan hasil-hasil penelitiannya untuk merubah perilaku manusia sebagai subyek utama dalam pengendalian perubahan iklim.
Hal ini karena mengubah perilaku manusia adalah merubah moral etis yang mana hanya mampu dilakukan dengan dorongan para tokoh agama dan budaya.
Oleh karena itu dalam Konferensi Perubahan Iklim Dunia (UNFCCC) ke depan, Indonesia berinisiatif untuk mendorong peran para tokoh agama dan tokoh budaya sebagai Panel Etis dunia yang diharapkan dapat berdiri sejajar dengan para ilmuwan.
Hal ini supaya para tokoh agama dan budaya tersebut bisa memberikan panduan moral etis, sehingga upaya masyarakat dunia untuk menanggulangi perubahan iklim dapat semakin baik dalam implementasinya.
"Kalau kami bisa galang semua tokoh-tokoh agama di Indonesia yang diawali dengan MUI, serta tokoh-tokoh budaya yang memiliki pengetahuan terkait kearifan lokal, kita harapkan bisa memberikan masukan kepada dunia dengan lebih baik," ujar Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim KLHK Rhuanda Agung Sugardiman dalam acara Focus Group Discussion (FGD) tentang "Panel Etis dan Fatwa untuk Ketahanan Iklim di Indonesia" Jakarta, (1/10).
Indonesia sendiri melalui Pidato Presiden Jokowi dalam COP 21 di Paris telah berkomitmen menjadi bagian dari solusi atas permasalahan global akibat dampak perubahan iklim.
Oleh karena komitmen tersebut, Indonesia sangat ditunggu untuk membuat terobosan-terobosan yang dapat menjadi solusi masyarakat dunia dalam menanggulangi perubahan iklim.
Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antar-Agama dan Peradaban Din Syamsudin yang hadir sebagai salah satu perwakilan Majelis Ulama Indonesia dalam FGD ini pun sangat mendukung dibentuknya panel etis ini.