KLHK Luncurkan Program Survei Terbesar di Dunia untuk Harimau Sumatera
Menurut Tandya, habitat dan kantong populasi harimau banyak berkurang pada periode 1985-2008 akibat adanya perubahan tutupan hutan dan perubahan fungsi menjadi peruntukan lain.
Selain itu, perburuan dan perdagangan ilegal serta terjadinya konflik manusia dengan harimau juga merupakan ancaman bagi kelestarian satwa dilindungi tersebut.
“Hasil kajian populasi dan habitat yang terbaru menunjukkan terdapat sekitar 604 ekor harimau yang hidup di alam liar. Harimau-harimau tersebut hidup di habitat yang tersisa di seluruh Sumatera. Inilah yang menjadi tantangan bagi kita semua dalam mempertahankan satu-satunya spesies harimau yang tersisa di Indonesia,” tutur Tandya.
Hariyo T. Wibisono, Koordinator Pelaksana SWTS menyatakan, “SWTS 2018-2019 adalah kegiatan survei satwa liar terbesar di dunia, baik dalam hal kemitraan, sumber daya manusia yang terlibat, maupun luasan wilayah.
Sebanyak 74 tim survei (354 anggota tim) dari 30 lembaga diturunkan untuk melaksanakan survei di 23 wilayah sebaran harimau seluas 12,9 juta hektar, yang 6,4 juta hektar di antaranya adalah habitat yang disurvei pada SWTS pertama.”
Tercatat 15 unit pelaksana teknis (UPT) KLHK, lebih dari 10 Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), 21 LSM nasional dan internasional, 2 universitas, 2 perusahaan, dan 13 lembaga donor yang telah bergabung mendukung kegiatan SWTS. Prof. Dr. Gono Semiadi dari LIPI menerangkan bahwa ada beberapa hal yang ingin dihasilkan dari SWTS kedua ini.
“Kami mengharapkan dapat menemukan proporsi area yang menjadi wilayah hidup harimau, informasi mengenai keragaman genetika populasi di masing-masing kantong habitat, meningkatkan kapasitas teknis nasional, serta beberapa dokumen strategi konservasi harimau seperti yang dihasilkan oleh SWTS pertama,” ungkap Prof. Gono.
Selain informasi terkait wilayah sebaran dan kondisi Harimau Sumatera, output yang diharapkan dari kegiatan SWTS kedua ini mencakup juga data genetik di seluruh kantong habitat satwa tersebut.