Kodok Pasuruan
Oleh: Dahlan IskanTetapi begitu melihat mereka mengubah sarung menjadi kodok, saya pun langsung bisa melakukannya: sarung dihampar di lantai, digulung dari dua sisinya.
Gulungan dari kiri dan kanan bertemu di tengah. Lalu dilipat dua. Empat buncu sarung pun ditarik. Jadilah kodok-kodokan. Semacam kodok yang besar berkaki empat.
Zaman itu bentuk tersebut seperti kodok beneran: dalam imajinasi. Imaji anak-anak memang harus dibangun. Agar bisa memiliki kemampuan membayangkan apa saja. Termasuk membayangkan masa depan mereka.
Permainan yang berbentuk sesuai dengan aslinya membuat pikiran anak menjadi dangkal. Ia seperti orang membaca pamlet. Tidak dalam seperti membaca puisi.
Setelah kodoknya jadi, siswa diminta berbaris. Satu SD satu baris. Tiap baris 10 siswa.
Siswa yang paling depan membawa kodok itu. Yang di belakangnya merunduk memegang pantat yang di depannya. Jadilah seperti ular panjang.
SD yang lain melakukan hal yang sama di barisan sebelahnya.
Mereka berlomba. SD mana yang juara.