Komposisi Menteri Ekonomi Dianggap Mengkhawatirkan
Dengan potensi industri digital Indonesia yang mencapai ratusan miliar dolar sepatutnya dipimpin oleh Nadiem Makarim, yang justru ditempatkan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. “Bukan hanya berhasil membangun GoJek, Nadiem telah berhasil menciptakan ekosistem industri digital dengan kondisi nyata di Indonesia. Ini yang diperlukan sekarang,” paparnya.
Mungkin, kata dia, Sri Mulyani Indrawati mungkin menjadi satu-satunya menteri yang sejalan dengan keahlian dan pengalamannya, sehingga cocok di tempat sekarang, yaitu Menteri Keuangan. Hanya saja, kata dia, masalahnya, ketika kondisi keuangan negara yang sedang ketat seperti sekarang lantaran penerimaan pemerintah sedang melambat, akan dihadapkan dengan persoalan pelik.
“Kalau pertumbuhan ekonomi meleset atau turun, yang ditunjuk adalah Menkeu. Sementara mitranya yang punya peran besar ikut mendorong pertumbuhan ekonomi, justru akan sulit mendukung,” katanya.
Herry berpandangan bahwa Sri Mulyani mestinya lebih cocok menjadi Menko Perekonomian, kalau melihat komposisi yang ada sekarang. “Dia yang menjadi konduktor, bukan Airlangga,” ujarnya.
Dengan demikian, lanjut dia, tercipta harmoni yang lebih baik dalam memulihkan kondisi perekonomian sekarang dan menyiapkan fundamental ekonomi untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh presiden.
Sementara di Badan Usaha Milik Negara yang saat ini menterinya adalah Erick Thohir, juga kurang meyakinkan. “Belum kelihatan visinya, bahkan saat menjadi pengusaha. Beda dengan kakaknya, Boy Thohir yang memimpin Adaro dan sukses,” katanya.
Sementara persoalan yang sedang dihadapi oleh BUMN saat ini sangat serius. BUMN saat ini sedang menjadi pendamping pemerintah dalam merealisasikan program-program besar yang dampaknya akan terasa dalam jangka panjang. Akibatnya juga, BUMN sedang menghadapi beban utang yang besar dan harus diatasi, sementara proyek yang dikerjakan banyak muatan sosialnya.
Tak kalah pentingnya, Herry memaparkan, secara organisasi BUMN sedang dalam proses pemantapan terkait dengan holding yang baru dibentuk.