Kontemporer Jazz, Tarian dengan Gerakan Fun
Kebanyakan peminatnya usia muda, remaja hingga usia 20-an. Namun, sebenarnya teknik itu bisa dipelajari di usia berapa pun. Para moms juga tertarik mempelajarinya.
Yang menjadi ciri khas kontemporer jazz adalah pemilihan lagu-lagu yang lebih ’’kekinian’’ dengan tempo medium. Gerakannya pun dibuat lyrical (mengikuti lirik). Timing-nya tidak menggunakan hitungan five, six, seven…, tetapi mengikuti tempo dan lirik lagu, sehingga mudah untuk melakukan penjiwaan.
Misalnya, dalam koreografi lagu Sepatu-Tulus, gerakannya mengalir dan sesuai dengan penggalan lirik. Contohnya, gerakan menggunakan payung dan memeluk tubuh karena kedinginan untuk menggambarkan lirik "Ku tak masalah bila terkena hujan. Tapi, aku takut kamu kedinginan.’’
’’Gerakannya lebih bebas. Saya merasa lebih nyaman berekspresi lewat kontemporer jazz,’’ ujar Taqiyya Ramadhani, 19, yang sebelumnya mempelajari balet, lalu beralih ke hip-hop. Hal serupa diungkapkan Adella Maharani.
Pelajar kelas XI SMA tersebut berlatih balet sejak usia lima tahun. Kemudian, sekitar dua bulan ini, dia tertarik mempelajari kontemporer jazz di studio yang terletak di kawasan Radio Dalam, Jakarta Selatan, itu.
Benang merah teknik balet yang juga diterapkan dalam kontemporer jazz membuat Adella tidak menemui kesulitan. ’’Basic baletku terpakai di sini. Kontemporer jazz gerakannya lebih fun. Kalau di balet, kan lebih slow dan fisik terkuras,’’ ucapnya.
Hingga saat ini dia juga masih menari balet. Sebab, baginya, dance merupakan ekspresi gerak. (nor/c19/dos)