Kopi Jawa Timur Diminati Eropa dan Belanda
Meski peluang ekspor kopi kian terbuka, menurut Gus Misbach, Indonesia punya dua pesaing berat, yakni Brazil dan Vietnam. “Kebetulan kondisi iklim di dua negara tersebut sedang bagus-bagusnya. Sehingga produksi kopi dari dua negara itu cukup besar sehingga berdampak terhadap anjloknya harga kopi dunia,” papar Gus Misbach.
Data DPW Apeki Jatim menyebutkan, harga kopi arabika saat ini antara Rp 50 ribu-Rp 60 ribu/kg. Padahal beberapa waktu sebelumnya harga kopi arabika sempat naik di kisaran Rp 65 ribu/kg. Sedangkan harga kopi robusta saat ini Rp 20 ribu-Rp 21 ribu/kg, dari sebelumnya Rp 23 ribu-Rp 25 ribu/kg.
Dia juga mengungkapkan, selama ini kopi yang sisuplai ke eksportir berupa kopi bean. Kopi yang disuplai ke sejumlah eksportir tergantung musim panen. Untuk kopi arabika biasanya disuplai ke eksportir pada April-Juli. Sedangkan kopi robusta pada Juni-Oktober. Artinya, suplainya tergantung pada musim panennya.
Menurut Gus Misbach, potensi ekspor kopi dari Jatim sangat besar. “Sayangnya produktivitas kopi yang ditanam petani sangat rendah. Beda dengan Vietnam, kopi yang dibudidaya petani Vietnam produktivitasnya bisa mencapai 2- 3 ton/ha. Kalau di Indonesia, produktivitasnya masih di bawah 1 ton/ha,” kata Gus Misbach.
Lantaran harga kopi saat ini jatuh, lanjut Gus Misbach, petani kopi di Jatim mulai bergerak ke hilir. Artinya, petani kopi tak hanya menjual kopi cherry atau kopi bean saja ke eksportir.
“Petani mulai melirik peluang pasar menengah ke bawah yang potensinya juga besar. Dengan begitu, petani bisa langsung menjual produknya ke user. Bahkan, tak jarang yang membuka warung kopi, kedai atau kafe sendiri dan hal ini jauh lebih efektif untuk mendapatkan margin keuntungan,” jelas Gus Misbach.