Kuda Pacu Berenang di Pantai, Berendam Air Hangat, Dipijat
Sesi mandi pagi itu biasanya dilakukan empat kali dalam sepekan. ’’SOP-nya’’, pulang dari pantai, mereka mandi air hangat.
Dengan campuran parutan jahe. Setelah itu nyam-nyam alias makan dengan menu pilihan. Di antaranya telur. Dan, baru kemudian dipijat.
’’Memang, cara merawat kuda pacu berbeda jauh dengan kuda penarik becak,’’ tegas Muhtar.
Rata-rata pemilik atau perawat kuda mendapatkan ilmu secara turun-temurun. Adapun tambahan pengetahuan, mereka mendapatkannya dari pengalaman. Pengalaman panjang setelah puluhan tahun memelihara kuda pacu.
Lomba balapan kuda memang rutin diadakan di berbagai sudut NTB. Kuda pacu Muhtar yang pada Jumat sore pekan lalu diajak berenang, misalnya, tahun ini sudah tampil dalam dua kompetisi. Seekor lainnya tengah dalam perjalanan pulang mengikuti turnamen di Bima.
Tidak lantas berarti, lanjut Muhtar, tradisi merendam kuda pacu hanya dilakukan untuk menyongsong balapan. Ada atau tidak ada lomba, kuda pacu harus terus berlatih. Tak ubahnya atlet.
Saat hari H balapan kian dekat, perlakuan kepada kuda-kuda pacu bahkan lebih istimewa. Tak lagi diajak berendam atau berenang. Melainkan dijaga betul stamina dan mentalnya. Latihan dijadwalkan lebih rutin. Di mana saja dan kapan saja.
Tapi, sedekat apa pun hubungan si pemilik atau perawat dengan kuda pacu mereka, tetap saja ada pengalaman tak mengenakkan. Harus selalu siap diselentik (disepak dengan kaki) atau digit kuda.