Lalu Muhammad Zohri Pulang Kampung, Ada Kerinduan, Keharuan
Teriakan ”Zohri...Zohri” pun terdengar kian keras. Zohri meresponsnya dengan senyum dan lambaian tangan. Sembari berjalan menuju rumahnya dari ujung gang. Kurang lebih sepanjang 20 meter.
”Iya halo, terima kasih,” ucapnya berkali-kali menyambut sapaan para tetangga atau kawan masa kecilnya.
Sampai di depan rumah, Zohri tampak sedikit tertegun. Rumah masa kecilnya yang dulu begitu bersahaja kini sudah sangat berubah. Rumah tersebut sudah sangat cantik. Berbahan dasar kayu jati, tampak begitu nyaman walaupun hanya berukuran 5 x 7 meter.
Zohri pun langsung masuk diantar beberapa tentara angkatan darat yang turut merenovasi rumah. Satu per satu ruangan, mulai dapur, kamar mandi, hingga tempat tidur, dilihatnya. ”Jadi bagus sekali,” ucapnya lirih.
Tapi, Zohri tidak bisa lama-lama menikmati rumah ”baru”-nya itu. Warga yang merangsek masuk cukup banyak sehingga rumah kecil tersebut langsung penuh. Beberapa tentara yang berusaha mencegah dilarang Zohri. ”Tidak apa-apa, semua tetangga saya,” tuturnya.
Beberapa pengurus PB PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia), termasuk sang Ketua Umum Muhammad Bob Hasan, sempat mengajak Zohri pindah sementara. Agar dia bisa beristirahat. Sebab, rumahnya sudah demikian sesak.
Tapi, Zohri menolak. Dia ingin tinggal di rumahnya sampai waktunya kembali ke Jakarta pada 9 September mendatang. ”Saya ingin lihat kondisi sekitar rumah setelah gempa, masjid, keluarga,” ujarnya.
Zohri sempat meminta maaf kepada keluarga dan tetangga karena tak sempat membawa oleh-oleh. Tapi, dengan tetap berada di rumah, dia berharap bisa sedikit menghibur mereka yang sedang berduka karena gempa. ”Ya, semoga tidak sedih lagi, bisa bangkit lagi,” harapnya.