Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Langkah Berani BI Jaga Ekonomi Indonesia dari Efek Perang Rusia Vs Ukraina

Oleh M Misbakhun*

Jumat, 29 Juli 2022 – 18:16 WIB
Langkah Berani BI Jaga Ekonomi Indonesia dari Efek Perang Rusia Vs Ukraina - JPNN.COM
Anggota Komisi XI DPR dari Fraksi Partai Golkar Mukhamad Misbakhun. Foto: arsip JPNN.COM/Ricardo

Jauh-jauh hari Menteri Keuangan dan Bank Indonesia (BI) menandatangani Surat Keputusan Bersama (SKB) tentang skema burden sharing yang memungkinkan dukungan pembiayaan melalui Surat Berharga Negara (SBN). BI menindaklanjuti SKB itu dengan membeli SBN di pasar perdana.

Sinergi pemerintah dengan BI itu menjadikan ruang fiskal dalam pembiayaan APBN lebih leluasa, termasuk untuk mengatasi defisit ketika pemerintah memilih tetap memberikan subsidi yang besar pada saat harga bahan bakar minyak (BBM) dunia jauh di atas asumsi makro APBN 2022. Pilihan subsidi pada BBM menghasilkan respons positif karena inflasi -baik di administered price inflation maupun volatile food inflation- tetap terkendali.

BI juga tetap mempertahankan 7 days repo rate pada posisi 3,5 persen yang membuat likuiditas tetap terjaga. Hal itu mampu memberikan daya dukung kepada pemulihan ekonomi yang secara perlahan-lahan mulai dirasakan di masyarakat dunia usaha.

Likuiditas yang tersedia di pasar ini begitu penting dan menjadi salah satu bentuk dukungan kebijakan yang sangat akomodatif bagi ekonomi riil di semua sektor usaha, baik yang berskala mikro, kecil, sedang, bahkan sampai besar. Likuiditas merupakan aliran darah segar bagi dunia usaha.

Oleh karena itu, respons BI mempertahankan 7 days repo rate merupakan langkah sangat tepat, sembari menunggu seberapa kuat dampak dan pengaruh bauran kebijakan fiskal dari subsidi yang besar di APBN untuk sektor energi dan BBM terhadap kondisi ekonomi riil di masyarakat. Jika dampak-dampak itu bisa diukur secara tepat, respons berikutnya ialah bauran kebijakan moneter yang akan melengkapi kebijakan fiskal.

Dengan demikian, tidak ada tumpang tindih kebijakan moneter dengan kebijakan fiskal yang akan memperoleh respons negatif dari pasar yang kebingungan. Strategi saling melengkapi yang terbentuk dari sinergi BI dan pemerintah itu sangat terasa efektivitasnya untuk situasi sekarang.

Dus, kurang tepat bila kemudian ada yang mengatakan setiap kenaikan The Fed Funds Rate harus diikuti dengan kenaikan 7 days repo rate BI. Harus dicatat bahwa dampak situasi ekonomi global sangat ini berbeda pada setiap negara, sehingga respons dan kebijakannya juga tak bisa disamakan.

Indonesia masih diuntungkan dari kenaikan harga komoditas batu bara, mineral, crude palm oil (CPO) dan hasil perkebunan lainnya. Resource-based economy Indonesia ini tidak dimiliki oleh negara lain.

Mukhammad Misbakhun mengulas efek perang Rusia vs Ukraina dan daya tahan ekonomi Indonesia. Dia memuji langkah BI menjaga ekonomi Indonesia dari efek perang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News