Langkah Kuda
Oleh: Dahlan IskanMaka dengan APBD NTB sang gubernur giat mengirim mahasiswa ke negara lain. Agar tidak mahal, dipilihlah negara-negara seperti Polandia. Yang mutu pendidikannya baik tapi beasiswanya murah.
Ngobrol malam itu terlalu asyik. Senin pagi saya kembali ke kampus. Saya diskusi dengan rektornya: Dr Chairul Hudaya. Ia orang Sukabumi. Doktornya diraih di Korea Selatan.
Tentu saya juga melihat keindahan perbukitan yang dikombinasi dengan persawahan di kampus itu. Memang ada saluran irigasi teknis yang baik di situ. Yang dibangun di masa kepresidenan Megawati Soekarnoputri. Sawah pun menjadi subur.
Dari kampus, saya ingin menemui mahasiswa asing di Global Village. Saya harus berjalan kaki 1 Km di jalan kecil di tengah sawah. Tidak boleh ada kendaraan melewati jalan itu: kecuali kendaraan listrik.
UTS memang sudah memproduksi sepeda listrik: NgebUTS –dan saya sudah mencobanya.
Di ujung jalan itu: sungai kecil berbatu. Tanpa jembatan. Saya harus menyeberanginya: copot sepatu.
Di seberang sungai ada dua kerbau bule yang melihat dengan takjub betapa takutnya kami dengan air yang hanya sedikit itu.
Malam sebelumnya ada 5 mahasiswa asing ikut nimbrung obrolan kami dengan Dr Zul: Sasa, gadis kulit putih dari Belarusia, Nurul Huda dari Lebanon, Mauro Nicolas Scabuzzo dari Argentina, dan Safi dari Iran.