Ledikson bersama Istri dan Tiga Anaknya, Semoga Selamat
Jarinya bergerak perlahan. Dia geser gambar-gambar itu. Melihat kolom komentar. Lantas, kembali menitikkan air mata. ”Masalahnya, satu keluarga ini,” ujar dia lirih.
Amson mengaku terus menangis begitu mendengar Ledikson dan keluarga masuk daftar korban. Yang bersama ratusan lainnya belum ditemukan sampai kemarin. ”Saya nangis terus,” imbuhnya.
Sejak itu, pandangan matanya nyaris tidak pernah lepas dari layar kaca. Terus menatap telepon genggam demi kabar terbaru. Juga, menyaksikan pembaruan informasi lewat berita di televisi.
Selama berada di kampung halaman, kunci rumah Ledikson dan keluarga dititipkan kepada Evy Pardede, salah seorang tetangga. Kemarin Amson meminjam kunci tersebut sebentar.
Dia lantas mengantar Jawa Pos melihat potret keluarga Ledikson dan Lilis. Tidak kurang empat potret keluarga Nainggolan itu menempel di dinding ruang tamu. Tertata rapi. Ada Ledikson dan Lilis. Juga, foto mereka dengan Bungaran, Astrit, dan Nicolas.
Bukan hanya itu. Posisi barang-barang milik keluarga Ledikson masih persis seperti kali terakhir ditinggalkan empunya. Termasuk tiga sepeda motor yang berjejer di ruang belakang. Juga, kipas angin yang masih menyala. Terus berputar di salah satu kamar.
Sebagai orang yang dititipi kunci, Evy memang tidak mau gegabah membuka pintu rumah tersebut. Hanya Hendra Pasaribu, putranya, yang dia bolehkan memegang kunci.
Sebelum mendapat kabar Ledikson dan keluarganya hilang bersama KM Sinar Bangun, Hendra-lah yang ditugasi menjaga rumah berkelir oranye itu. ”Dari tanggal 13 sampai 18 anak saya nginep terus,” ucap Evy.