Lewat Buku Biografi, Gus Yahya Ceritakan Derap Langkah dan Gagasannya
Menurut dia, keluarga sebagai primary atau nuclear element di dalam masyarakat memiliki peran yang utama dalam membentuk seseorang. Gus Yahya tumbuh dan besar dalam lingkungan pesantren.
“Selain ayahnya yang dikenal sebagai ulama besar, ia juga sangat diuntungkan dengan sosok lain dalam keluarganya yaitu kakeknya KH. Bisri Mustafa dan pamannya KH. Mustofa Bisri yang turut serta membentuk dirinya. Dalam diri Gus Yahya mengalir darah ulama-ulama besar,” ujar Septa.
Gus Yahya merupakan putra pertama KH. Muhammad Cholil Bisri. Kiai Cholil dikenal luas keulamaannya, terutama dalam kalangan nahdliyyin. Ia wafat pada 2004 dengan umur 62 tahun.
“Kiai Cholil banyak menghabiskan masa kecilnya di pengungsian karena keterlibatan ayahnya dalam dinamika politik saat itu. Ia banyak menyaksikan perjuangan Laskar Hisbullah karena pada saat itu ayahnya, KH. Bisri Musthofa, turut serta bersama santri-santri lainnya mengangkat senjata,” ungkapnya.
Sementara itu, lanjut Septa, kakeknGus Yahya atau ayahnya Kiai Cholil adalah putra pertama dari KH. Bisri Musthofa –seorang kiai dengan multitalenta: penyair, politisi, orator ulung, dan penulis.
“KH. Sahal Mahfudh menjuluki Kiai Bisri sebagai sosok yang memukau pada zamannya (faridu ashrihi),” terangnya.
Jika ditarik lebih jauh, ungap Septa, Buyutnya Gus Yahya atau mertua dari KH. Bisri Musthofa juga merupakan keturunan ulama besar, yaitu Kiai Kholil bin 15 Harun Kasingan atau lebih dikenal dengan Kiai Kholil Kasingan yang terkenal di tanah Jawa sebagai ahli Nahwu (tata bahasa Arab) dan ilmu Manthiq (seni logika).
“Kiai Kholil Kasingan berguru langsung kepada Kiai Kholil bin Abdul Lathif, Bangkalan atau lebih dikenal dengan Kiai Kholil al-Bangkalani – seorang wali yang setara dengan para Wali Songo pada zaman itu,” ujar Septa.(fri/jpnnn)