Lewat Sapi Bali, PDIP Ingin Pangan Indonesia Berdaulat
Nantinya kantor riset itu yang bekerja sama dengan perguruan tinggi setempat untuk makin memperdalam langkah serta cara pengembangan pangan ini.
Hasto menginginkan pada momen G20 ini, sapi bali bisa mendunia.
"Jadi, kita jangan bangga kalau masih impor sapi dari Australia dan India. Namun bagaimana nanti kita ekspor daging sapi bali, yang bisa dikembangkan di seluruh wilayah di Indonesia, menggerakkan ekonomi rakyat mengedepankan riset dan inovasi," urai Hasto.
Sementara itu, anggota Komisi VI DPR dari Fraksi PDIP I Nyoman Parta menjelaskan kebutuhan daging Indonesia itu 706.388 ton, sementara produksi dalam negeri mencapai 436.704 ton. Indonesia defisit daging sehingga harus impor 266.065 ton.
Dia menilai sapi bali ini memiliki banyak kelebihan. Bisa hidup di berbagai iklim, makan apa saja, beranak sampai 17 kali, kualitas daging kelas satu sebanyak 53 persen, kandungan buliran lemak yang membuat aromanya baik, dan terkenal pintar.
Masalahnya, selama ini pengembangan sapi bali terhambat, salah satunya standar para chef Indonesia yang memasak daging sapi negara lain. Daging sapi bali kerap dianggap keras.
Karena itu, Nyoman meminta pemerintah mengontrol bibit sapi, memberi pelatihan, mensyaratkan hotel dan restoran memakai daging lokal, dan yang terutama mendorong riset dan pengembangan.
"Riset dan inovasi, serta pelatihan rakyat adalah salah satu kuncinya," kata Nyoman Parta.