Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Lihat Nih, Dokter Spesialis Paru yang Lagi Hamil Tua Sentil Jokowi

Senin, 29 Februari 2016 – 19:14 WIB
Lihat Nih, Dokter Spesialis Paru yang Lagi Hamil Tua Sentil Jokowi - JPNN.COM
Dokter spesialis paru, dr. Eva Fridiana saat berorasi di depan Istana Merdeka, Jakarta, Senin (29/2). FOTO: Mesya Moehamad/JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA – Meski Jakarta diguyur hujan, para dokter yang tergabung dalam Aksi Damai Dokter Indonesia Bersatu (DIB) tetap melanjutkan aksinya di depan Istana Merdeka Jakarta, Senin (29/2).

Para dokter dari berbagai daerah ini secara bergantian berorasi. Salah satunya adalah dokter spesialis paru, dr. Eva Fridiana yang sedang hamil tua tak kalah saing dengan dokter muda saat berorasi.

Tampak demo para dokter ini tak seheroik demo honorer kategori dua (K2) atau bidan desa PTT. Aksi yang didominasi dokter-dokter spesialis dari berbagai penjuru Tanah Air ini memang terkesan santun dan datar-datar saja.

Kesan ini disampaikan sejumlah aparat kepolisian yang tengah menjaga aksi damai DIB. Uniknya ketika salah satu orator memanggil nama salah satu dokter asal Simalungun, Sumatera Utara, para petugas sempat-sempatnya berkomentar. Pasalnya, nama dokternya persis Ketum Forum Honorer Kategori Dua Indonesia (FHK2I) Titi Purwaningsih.

“Aduh namanya kok Ibu Titi, jadi ingat yang honorer K2,” celetuk salah satu petugas berpangkat Bripda saat berjaga-jaga depan Istana Negara, Senin (29/2).

Ya, dokter spesialis penyakit dalam asal Simalungun Sumatera Utara bernama Yuniarti Saragih alias dokter Titi. Saat berdiri di atas mobil komando, Titi membacakan puisi yang sudah ditulisnya sejak 2014.

“Buku ini berisi puisi-puisi tentang penderitaan dan keprihatinan kami atau kesehatan nasional. Jika kami bertemu presiden, akan saya serahkan kumpulan puisi yang sudah‎ saya tulis sejak 2014 ini kepada Bapak Jokowi. Ini agar presiden tahu, program pemerintah bukannya menyejahterakan masyarakat namun bikin masyarakat tambah sakit dan apes," serunya.

Dia menambahkan, di daerah pelosok Sumut, banyak dokter yang digaji hanya Rp 2,7 juta per bulan. Sementara tanggung jawab yang diembannya sangat besar. "Ketika kami menyembuhkan pasien, kami dilupakan. Namun saat pasien tidak sembuh, kami diuber-uber, di mana letak keadilannya, bapak presiden. Tolong bapak presiden dan ibu Menkes, naikkan anggaran kesehatan lima persen saja,” ucapnya.(esy/jpnn)‎

Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News