LKP Dimy Motor Punya Metode Pendidikan Berkelanjutan, Alumninya Jadi Bos Bengkel
Dari seorang montir, Abdul kini jadi bos bengkel dengan omzet mencapai 40 juta per bulan. Pundi-pundi yang didapat berkisar Rp 25—30 juta dari penjualan sparepart motor dan Rp 7—10 juta diperoleh dari jasa servis.
Sementara, Alvin bisa mendapatkan omzet bengkel hingga Rp 40 juta per bulan dengan mempekerjakan 4 karyawan, sedangkan Ahmad, dalam waktu setahun mengantongi omzet Rp 20 hingga 25 juta per bulan. Dia juga mempekerjakan satu karyawan.
"Kesuksesan tiga wirausahawan muda lulusan LKP Dimy Motor ini berbekal kemauan untuk terus belajar dan bekerja keras," ucap Dimyati.
Bekal kompetensi dan pengetahuan untuk melihat prospek usaha dan membuat business plan yang akan dijalani merupakan variabel bisnis yang penting.
Namun, kesiapan mental juga tak kalah vital, apalagi alumni LKP Dimy Motor umumnya mulai membangun bisnis mereka di usia relatif muda, 20 tahunan.
“Tantangan terbesar adalah usia di bawah 25 tahun itu sendiri, banyak yang masih labil, kurang tangguh dan komitmennya kurang. Lewat pendampingan, kami memberi motivasi dan memberikan saran dan solusi untuk kendala yang mereka hadapi. Kami melibatkan alumni senior yang usahanya sampai saat ini sudah berjalan,” tutur Dimyati.
Siapkan mental wirausaha, berani mengambil resiko dan berani gagal. Karena dari situ kita belajar untuk mencari solusi terbaik dan makin berpengalaman, sambung Dimyati. (esy/jpnn)