Lolongan Mistis Jasad Ricky dari Balik Reruntuhan
Kamis, 19 November 2009 – 06:41 WIB
Begitu turun dari rumah Ulah, kami melihat mobil kami di seberang jalan. Dengan demikian, kami bisa melanjutkan sisa perjalanan sambil naik mobil. Lumayan, menghemat kulit.Belum lama mobil melaju, saya melihat sebuah surau yang hampir roboh. Saya minta berhenti untuk memotret. Saya tertarik untuk memotret karena halaman surau itu adalah lapangan voli.
Ketika memotret, mata saya menangkap seorang lelaki kurus, lelah, kuyu, tak punya ekspresi, duduk sendirian di bangku kayu di samping masjid. Di sampingnya ada sebuah tas kresek hitam, yang tampaknya berisi pakaian yang cuma sepotong.Karena saya tak yakin dia bisa berbahasa Indonesia, saya minta Iyut menyapanya. Hehe.. Iyut pun agak gelagapan karena pak tua itu lebih banyak menggunakan bahasa daerah Padang Pariaman yang kental. Kami pun harus minta bantuan Sukri Umar, Pimred Pos Metro Padang yang memang asli Padang Pariaman.
Dari ceritanya kepada Sukri kami tahu bahwa pak tua itu bernama Amrullah dan memang malang nasibnya. Dia punya dua anak. Yang sulung tinggal di Korong Teluk Bayur, Padang Pariaman juga. Si bungsu, Ricky Cardo, 21, tinggal dengan dia. Istrinya sudah lama meninggal. Sore itu Ricky santai di halaman rumah. Tepatnya di kaki parabolanya. Tiba-tiba gempa datang dan langsung menggulung Ricky berikut rumah dan parabolanya. Sampai sebulan, tak ada yang menemukan jasad Ricky.