Luas Tanah Berkurang, Satu Keluarga Bertahan di Lahan Tol Batang-Semarang
jpnn.com, KENDAL - Makmun Abdullah, warga Desa Sambongsari RT 1/ RW IV Kecamatan Weleri, Kabupaten Kendal masih bertahan di rumahnya yang bakal terkena proyek tol Trans Jawa.
Pria 75 tahun itu masih belum mau pindah karena menunggu penyelesaian terkait pengukuran tanah rumahnya yang terkena pembangunan proyek jalan tol Batang-Semarang.
Dia mengaku masih berupaya menghubungi pihak terkait untuk mengatasi masalah ini. Namun, bila sampai awal puasa nanti belum juga ada penyelesaian, Makmun akan mendatangi kantor polisi untuk melaporkan ketidakadilan yang menimpanya.
Makmun bersama isteri dan kedua anaknya enggan pindah karena tanah hasil pengukuran yang tidak sesuai dengan yang tertulis di buku sertifikat miliknya. Dia merupakan satu-satunya warga yang masih belum pindah dan memilih untuk bertahan. Padahal jembatan layang untuk tol Batang-Semarang telah berdiri di timur rumahnya.
"Saya ke polisi bukan untuk melaporkan kasus ini, tapi hanya menyampaikan permasalahan yang saya alami. Kalau kondisinya seperti ini, terus saya mesti gimana?" ujarnya.
Menurutnya, masih ada permasalahan terkait dengan ganti rugi lahan dan bangunan. Luas lahan yang tercatat di sertifikat 300 meter persegi. Namun, hasil pencatatan petugas pengukuran hanya 269 meter persegi atau berkurang 31 meter persegi.
"Saya tetap meminta penggantian sesuai sertifikat, karena tidak mungkin luas tanah itu menyusut. Soalnya tidak ada kejadian apapun di sekitar sini,” ujarnya.
Menurutnya, kalaupun ada pengurangan paling untuk pembuatan selokan di depan rumah. “Itu pun hanya beberapa meter saja," paparnya.