Ludruk Tjap Toegoe Pahlawan setelah Minus Cak Lontong
Sulit Atur Jadwal Reuni di Kafe Milik DargombesKetenaran ludruk juga sempat dilirik televisi. Mereka manggung dari stasiun ke stasiun lain. Namun, umumnya yang mengundang Tjap Toegoe Pahlawan adalah stasiun TV baru.
Karena itu, sesama pemain, mereka sempat berkelakar menyebut diri ludruk spesialis TV anyar.
Setelah para mahasiswa ITS tersebut lulus, Tjap Toegoe Pahlawan tidak berarti mati. Mereka berganti pemain-pemain baru yang masih tercatat sebagai mahasiswa ITS, seperti Ali. Setelah tidak bermain ludruk, Ali kini mengelola lembaga bimbingan belajar.
Bahkan, sempat juga mereka mengeluarkan album banyolan. Banyak orang bilang ketika itu, Tjap Toegoe Pahlawan adalah P-Project-nya Surabaya. ”Tapi, baru akan kami launching, keduluan P-Project dari Bandung itu. Langsung rencana kami urungkan. Kami tak mau disebut menyontek,” tambahnya
Bongkar pasang pemain pun terus berlangsung kendati akhirnya tidak selalu mahasiswa ITS. Seperti masuknya Deni Kurniawan alias Ni Permadi. Di grup tersebut, Deni didapuk sebagai penulis naskah. Kendati sudah tidak murni beranggota arek-arek ITS, Tjap Toegoe Pahlawan masih menerima job. Namun, tidak seramai dulu.
Cak Lontong mengungkapkan, sejak para pemainnya lulus dari ITS dan mengantongi ijazah insinyur, Tjap Toegoe Pahlawan memang vakum. Mereka meniti karirnya sesuai dengan selera masing-masing. Ada juga yang masih berfokus pada jalur hiburan seperti dirinya.
Namun, nama Tjap Toegoe Pahlawan tetap terkenang hingga sekarang. Bahkan, hingga kini Cak Lontong juga masih menjalin komunikasi dengan teman-temannya. ”Kalau di Surabaya, ketemuannya ya di kafe Dargombes,” jelas pria 44 tahun yang tengah berlebaran di Kediri itu.
Intensitas pertemuannya memang tidak sering. Maklum, kesibukan masing-masing membuat mereka sulit mencocokkan jadwal. ”Kalau kami ketemu, nggak guyonan lagi. Tapi, antem-anteman,” kata pria asli Maospati, Magetan, itu lantas tertawa. (c7/ib)