Lulusan Universitas Binawan Berbagi Pengalaman Bekerja di Luar Negeri
“Waktu itu belum ada program ke Australia, dan saya diprogramkan untuk ke Kuwait tapi saat itu ada masalah administrasi,” ujar Ali.
“Tapi tujuan ke Kuwait sudah pupus dan juga saya melamar ke berbagai ke rumah sakit di Indonesia, namun tidak ada jawaban sama sekali,” tambahnya.
Dia bercerita sulitnya berkarir sebagai perawat saat itu karena jebolan akper dari perguruan tinggi negeri maupun swasta. Karenanya, daya saing untuk memperoleh pekerjaan sebagai perawat sangat tinggi.
“Dari situ saya melihat fenomena ini sudah tidak sehat. Jadi ada fenomena di mana upah atau beban dan juga lowongan pekerjaan tidak sesuai dengan jumlah lulusan. Saat itu juga saya kembali ke Binawan,” jelasnya.
Di tahun 2003, dia ke Binawan untuk melanjutkan program sarjana satu (S-1). “Dari situ saya melihat hanya Binawan yang bisa menangkap fenomena, bahwa kita ada masalah di jumlah lulusan Akper maupun universitas dengan lowongan pekerjaan,” imbuhnya.
Sementara itu Rektor Universitas Binawan Sofyan Hawadi mengatakan, pihaknya memiliki perhatian khusus terhadap pendidikan yang berdaya saing global. Hal ini sesuai dengan visi universitas yakni, menjadi pusat pendidikan tinggi unggulan yang berdaya saing global dan terdepan di Indonesia pada tahun 2025.
“Daya saing ini dibuktikan dengan portofolio, kinerja atau prestasi daripada mahasiwa. Mudah-mudahan itu bisa diikuti oleh para mahasiswa,” ungkapnya.
Menurutnya, kebijakan berkarir atau peluang berkarya di luar negeri, itu akan digiatkan kembali. Karena itu, kesiapan yang dilakukan adalah menggalakkan program magang luar negeri.